Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pawang Hujan dan MotoGP, Sinergi Tradisi dan Modernitas di Mandalika

24 Maret 2022   15:03 Diperbarui: 25 Maret 2022   14:07 2127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meme aksi Rara Isti Wulandari meredakan hujan di Sirkuit Mandalika pada 20 Maret 2022 lalu (Foto: Twitter@WatchmenID via cnnindonesia.com)

Dengan pilihan itu, maka terbangunlah sinergi antara pawang hujan yang tradisional dan non-saintifik (irrasional) dan balapan MotoGP yang modern dan saintifik di lintasan Sirkuit Mandalika.  Kegiatan yang tradisi yang non-saintifik, pawang hujan, di situ diposisikan mengawal kegiatan modern yang saintifik, balapan MotoGP.  

Pilihan itu boleh dikata sebagai inovasi bisnis yang sangat cerdas.  Kehadiran pawang hujan itu tidak saja menjadi "pembeda" yang kuat untuk MotoGP Mandalika.  Tapi juga menjadi "pencitra" (branding) yang kuat, bahkan sangat kuat, untuk MotoGP Mandalika. 

Itu pembeda dan pencitra yang "sangat Indonesia".  Sesuatu yang tak akan diikuti oleh helatan MotoGP di negara lain.  Itu sudah menjadi trade mark MotoGP Mandalika. 

Aksi pawang hujan  yang unik itu telah menjadikan Sirkuit Mandalika sebagai sirkuit MotoGP yang paling dibicarakan dan paling diingat di dunia.  Dari sisi pemasaran dan pencitraan, penghadiran aksi pawang hujan Rara itu jelas sebuah strategi yang sangat cerdas.  Untuk itu pihak MGPA dan ITDC layak mendapat pujian.

Sinergi yang Membangun Sukses MotoGP Mandalika

"It worked!' demikian cuitan @MotoGP (20/3/2022) menyambut meredanya hujan menyusul aksi pawang hujan Rara.

Pihak BMKG bisa saja mengklaim redanya hujan di Mandalika saat helatan MotoGP itu bukan berkat kerja pawang hujan.  Tapi karena secara natural, sesuai perkiraan BMKG, durasi curah hujan sudah selesai.  Jadi fakta aksi Rara dan fakta meredanya hujan itu bagi BMKG adalah sebuah koinsidensi, bukan suatu rangkaian sebab-akibat.

BMKG boleh jadi benar, tapi mungkin juga keliru, mengingat kerap juga prakiraan BMKG meleset.  

Khalayak tak begitu perduli pada penjelasan saintifik BMKG, tapi lebih perduli pada sekuensi dua fakta.  Setelah pawang hujan Rara beraksi (fakta terdahulu, sebab) dan fakta hujan reda (fakta kemudian, akibat).  Hal itu kemudian dikuatkan oleh cuitan twitter @MotoGP: "It worked!"

Jadi, orang bebas memilih apakah akan meyakini (believe) kekuatan aksi irasional pawang hujan Rara, atau mempercayai (trust) kebenaran (truth) penjelasan rasional BMKG. Tak guna juga memperdebatkan atau mempertantangkan dua hal itu.  Sebab keduanya berada pada ranah yang berbeda: pawang hujan di ranah keyakinan non-saintifik, sedang BMKG di ranah kebenaran/kepercayaan saintifik.

Tapi satu fakta yang tak terbantahkan, inovasi bisnis MGPA/ITDC untuk mensinergikan tradisi pawang hujan dan modernitas dan MotoGP telah sukses mengangkat nama dan citra MotoGP Mandalika dan Sirkuit Mandalika ke tataran dunia.  

Jelas itu sebuah prestasi spektakuler untuk MGPA/ITDC, dan tentu saja Indonesia, yang baru pertama kali menyelenggarakan balap MotoGP yang prestisius itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun