Beralih ke sisi timur Uluan, di kaki Gunung Simanukmanuk, wisatawan bisa menikmati obyek wisata budaya dan alam di desa wisata Janggadolok.  Sampai tahun 2016, Janggadolok dikenal dengan situs rumah adat Batak tua.  Di sana terdapat empat unit rumah adat dengan perkiraan  usia sekitar 200-250 tahun.Â
Tahun 2016 terjadi kebakaran yang nyaris memusnahkan empat unit rumah adat tua itu. Â Atas prakarsa Yayasan Tirto Utomo, satu dari rumah adat yang terbakar berhasil dibangun kembali tahun 2018. Â Metode pembangunan, bahan baku, dan ornamen ukir pada rumah adat baru itu persis sesuai aslinya.
Wisatawan boleh menginap di rumah adat itu karena kini difunsikan juga sebagai rumah inap.  Sambil menginap bisa mempelajari filosofi Batak yang diterakan pada rumah adat itu.  Semisal struktur tiga tingkat yang mencerminkan tiga dunia yaitu Banua Ginjang (tempat dewata), Banua Tonga (tempat manusia), dan Banua Toru (tempat ternak dan jasad).  Juga ornamen  boraspati ni tano, bengkarung dan adop-adop, payudara yang melambangkan dewa kesuburan.
Tentu tak hanya mengagumi arsitektur rumah adat Batak. Â Wisatawan juga bisa masuk ke hutan desa dan menikmati keindahan, gemericik, dan kesegaran air terjun yang relatif belum terjamah di sana. Â Air sungai itu bersumber dari Gunung Simanukmanuk dan bermuara jauh di pantai barat Uluan.
Sebuah Pengharapan
Daerah Uluan itu sejak tahun 1920-an adalah pintu masuk ke Tanah Batak. Â Pemerintah kolonial Belanda dulu pertama kali membangun jalan raya di situ untuk akses ke Balige, lalu dari situ ke kota-kota lain di Tanah Batak.Â
Sudah menjadi nasib pintu masuk rupanya kurang mendapat perhatian. Karena orang lebih tertarik pada apa yang ada di balik pintu atau di dalam rumah. Â
Demikianlah Uluan dalam waktu lama kurang dilirik wisatawan, pengusaha, dan pemerintah. Â Dia seperti gadis cantik tetangga yang selalu tersenyum manis, tapi para perjaka tak perduli karena lebih tertarik gadis lain yang bersolek cantik.
Empat destinasi wisata Uluan yang telah saya tunjukkan adalah segelintir dari segunung.  Sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Toba, pemerintah melalui Kementerian Parekraf dan BPODT, dan pengusaha swasta lebih serius mengungkap  dan mengangkat lebih banyak obyek wisata di sana.