Pasca letusan itu, atau sekitar 33,000 tahun lalu, ruang di bagian bawah dasar kaldera tadi secara perlahan dipenuhi magma baru. Magma itu kemudian mengangkatnya kembali ke atas.Â
Patahan atau lantai kaldera itu terangkat secara asimetrik karena titik angkatnya di tengah dengan daya angkat tak merata. Bidang barat terangkat dengan kecepatan 1.8 cm/tahun, sedangkan bidang timur o.5 cm/ tahun.Â
Akibatnya lantai kaldera patah dua dan  bidang barat muncul lebih dulu ke permukaan danau kaldera. Itulah Pulau Samosir yang topografinya melandai ke barat/barat laut.
Bidang timur muncul kemudian ke atas, dengan topografi melandai ke timur/tenggara. Itulah dataran Uluan yang dipisahkan oleh sungai Asahan dari lembah luas Toba Holbung di selatannya. Â
Di antara Samosir dan Uluan kemudian terdapat celah perairan yang kini dikenal sebagai  Selat Lontung. Garis pantai timur Samosir dan garis pantai barat Uluan di selat itu membentuk pola lempeng puzzle yang cocok satu sama lain.
Grafis berikut mungkin bisa menjelaskan proses pembentukan dataran Uluan dan Samosir itu.
Â
Karena berasal dari material yang sama, dengan cara pembentukan serupa, maka rupabumi Uluan itu serupa dengan Samosir. Bagian utara Uluan adalah padang luas sabana dengan enklaf-enklaf kecil persawahan di lembah-lembah bersungai.Â
Semakin ke tenggara, ke arah Porsea dan sekitarnya, daerah itu semakin landai dan data. Di situ terdapat hamparan luas persawahan. Bersama dengan hamparan luas persawahan di Toba Holbung, daerah tenggara Uluan itu adalah lumbung padi.
Demografi Genealogis
Kawasan Toba, yaitu Uluan dan Toba Holbung adalah wilayah harajaon, kerajaan, Batak Toba belahan Sumba. Pemukim asli kawasan itu adalah keturunan Raja Isumbaon, dari putranya Sorimangaraja (generasi ketiga Batak).