Di ranah medsos dan grup perpesanan kini kerap muncul stiker ungkapan Mauliate, atau Las roha, mauliate. Â Mauliate itu ungkapan "terimakasih" dalam Bahasa Batak Toba.
Sebagai warga etnis Batak Toba di rantau jauh, saya senang ungkapan Maulitae itu mulai dikenal rekan sebangsa dari etnis lain. Walau belum seterkenal ungkapan Horas, yang maknanya bukan sekadar "selamat". (Tentang ini perlu bahasan terpisah.)
Masih di jagad medsos dan grup perpesanan, ungkapan Las roha (senang hati) Â kerap disampaikan sebagai balasan untuk ungkapan Mauliate dari orang lain. Â
Sebenarnya tak salah-salah amat, tapi memang kurang tepat. Maksudnya itu semacam ungkapan balasan "Terimakasih kembali", "Kembali", atau "Sama-sama" dalam Bahasa Indonesia. Atau "You're welcome", "My pleasure", "No big deal", dan lain-lain dalam Bahasa Inggris.
Dalam percakapan sehari-hari antara orang Batak Toba di Tanah Batak sana, ungkapan Mauliate tidak lazim dibalas lagi dengan ungkapan yang sama.Â
Itu janggal. Semisal pada dialog ini. Poltak: "Mauliate da." (Terimakasih ya). Dibalas Gomgom: "Mauliate muse." (Terimakasih kembali).
Lazimnya Gomgom akan membalas dengan ungkapan "Olo" (Baiklah). Itu kalau dalam percakapan biasa.Â
Pada tingkat percakapan yang lebih halus, santun, balasan Gomgom untuk Mauliate itu adalah "Nauli" (Semoga berkah).Â
Ungkapan Nauli itu adalah balasan yang paling tepat untuk ungkapan Mauliate. Sebab ungkapan terakhir ini disampaikan oleh seseorang yang menerima "pemberian" dari orang lain. Â
Ungkapan Mauliate terbentuk dari dua kata, uli dan ate. Uli berarti berkah, baik, atau indah. Ate artinya hati. Jadi ungkapan Mauliate itu berarti "berhati penuh berkah", bermakna syukur dari penerima untuk "kebaikan hati" pemberi.Â
Sekaligus ungkapan Mauliate itu bermakna doa pengharapan dari penerima, agar pemberian itu menjadi jalan kelimpahan berkah bagi pemberi.Â
Ungkapan Nauli dengan demikian sangat tepat sebagai jawaban untuk ucapan Mauliate. Â Sebab ungkapan itu bermakna doa dari pihak pemberi, agar pemberian itu juga menjadi jalan berkah bagi penerima.
Jadi pasangan ungkapan  Mauliate - Nauli adalah ungkapan saling-mendoakan keberkahan antara kedua pihak, pemberi dan penerima.  Dalam konteks itu, pemberian telah dipahami sebagai benih kemaslahatan (seed of welfare).  Dengan itu rezeki bertumbuh di kedua belah pihak.
Hal terakhir ini bisa dipahami secara lebih baik dengan merujuk teori Macel Mauss tentang makna "pemberian" (The Gift, London: Cohen & West Ltd, 1970). Â Pemberian kepada orang lain adalah benih harapan penerimaan. Â Suatu saat, pemberi akan menerima kembali balasan dalam bentuk pemberian yang "lebih besar". Artinya, benih telah tumbuh dan berbuah.
Dalam masyarakat Batak Toba, teori Mauss itu terbaca dalam konteks pertukaran pemberian antara hula-hula (pemberi istri) dan boru (penerima istri). Hula-hula memberi sipanganon (makanan) berupa dengke arsik (ikan mas arsik) kepada boru-nya.Â
Dengke itu simbol berkah, agar boru mencapai hamoraon-hagabeon-hasangpon (kekayaan, keturunan, kemuliaan). Melekat pada dengke itu adalah hauma pauseang, sebidang sawah sebagai modal ekonomi.Â
Akan tiba masanya, boru kemudian membawa pemberian kepada hula-hula, yaitu sipanganon berupa juhut na tabo (daging babi yang enak).  Itu adalah balasan berupa pemberian yang "lebih besar", sebagai simbol hamauliateon (rasa terimakasih) boru atas berkat dari hula-hula.
Jika disederhanakan dalam bentuk percakapan, maka dialog pemberian dari hula-hula kepada boru pada paparan di atas adalah sebagai berikut:
+Hula-hula:  "Di son hupasahat hami ma hu  borunami, ima dengke sahat, asa sahat hamu hu panggabean." (Di sini kami hantarkan kepada boru kami, ikan keberhasilan, agar kamu berhasil mencapai kemakmuran.)
-Boru: "Mauliate ma di hula-hulanami." (Terimakasih kepada hula-hula kami.)
+Hula-hula: "Nauli ma di hita." (Semoga berkah untuk kita).
Hula-hula tidak akan membalas ucapan Mauliate dari boru dengan ungkapan Mauliate yang sama. Sebab jika demikian, berarti hula-hula tidak mendoakan borunya agar berhasil dalam hidup.  Artinya, hula-hula menegasikan sendiri makna berkah yang terkandung dalam pemberiannya kepada boru. Â
Pada titik ini, moga-moga sudah cukup jelas mengapa ungkapan Mauliate dalam masyarakat dan bahasa Batak Toba tidak dibalas dengan ucapan Mauliate juga. Tapi dibalas dengan ungkapan Nauli.  Dengan pasangan ungkapan Mauliate - Nauli itu, kedua belah pihak yaitu pemberi dan penerima saling mendoakan agar sama-sama terberkati dalam hidupnya.
Jadi, jika kamu memberikan sesuatu kepada seseorang Batak Toba, lalu dia mengucapkan "Mauliate", maka balaslah dengan ucapan "Nauli".
Tapi jika diam saja, tidak berterimakasih, berarti dia orang tak tahu adat. Â Segeralah kamu berbalik meninggalkannya, sambil mengibaskan debu di telapak kasutmu. (eFte)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H