Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Valentine Datang, Kondom Dilarang, Jomlo Meradang

16 Februari 2022   08:16 Diperbarui: 16 Februari 2022   13:07 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satpol PP Kota Makasar merazia kondom di minimarket pada 13 Februari 2022 (Foto: Dok. Istimewa via detik.com)

Razia kondom menjelang Hari Valentine adalah pemanggungan pikiran negatif kaum tua tentang kehidupan cinta kaum muda. -Felix Tani  

Menjelang Hari Valentine, sebuah berita superkocak tersiar dari Makassar. Satpol PP Kota Makassar merazia kondom di sejumlah minimarket di Makassar. Para petugas minimarket dilarang menjual kondom, terutama kepada para remaja. [1]

Lha, apa dosa kondom sehingga harus dirazia. Apakah mungkin sarung "terung-terungan" itu semacam teroris seks yang mengancam keamanan "cabe-cabean"? Atau, apakah mungkin kondom itu semacam senjata slepetan yang berbahaya?

Ternyata alasan razia kondom lebih dahsyat dari itu, Saudara. Alasannya, kata Kepala Satpol PP Kota Makasar, agar "generasi muda yang masih jomlo ... tidak melakukan ritual-ritual yang negatif di malam Valentine ...."

Aje gile! Apa urusan kaum jomlo dengan malam Valentine? Jomlo itu kan gak punya pasangan, entah itu pacar atau istri/suami (coret yang tak sesuai)?

Lha, kalau gak punya pasangan, lantas kaum jomlowan/wati itu mau malam Valentinean dengan siapa, coba. Mereka kan rebahan sepi sorangan sepanjang malam Valentine. "Perkakas"-nya dianggurin. Gak butuh kondom segala.  

Karuan, para jomlo di satu grup perpesanan langsung  "meradang menerjang" (frasa dari puisi "Aku"-nya Chairil Anwar).  Mereka tersinggung, tak terima penghinaan dari Pak Kasatpol PP. 

"Sudah gak punya pasangan, disangka pula mau bikin ritual negatif di malam Valentine. Ritual negatif apaan pake kondom segala. Emangnya kita mau kumkum di tempuran pakai kondom, apa." Seorang rekan jomlowan idaman tante-tante misuh-misuh.

"Gue sih gak butuh kondom! Kalau mau dibilang ritual negatif, gue malah butuh pipa pralon!" Rekan jomlowan lain berteriak emosional (ada tanda seru). E busyet, itu pralon bakalan ape, Bang.

Tapi bisa dimaklumilah ketersinggungan para jomlo itu. Kenapa pula mereka harus dikambing-hitamkan hanya demi memuaskan hasrat para anggota Satpol PP pegang-pegang kondom di depan wartawan. Apa sih yang mereka bayangkan saat pegang kondom?

Parah memang logika Satpol PP Kota Makasar itu. Mengaitkan jomlo, kondom,  ritual negatif, dan malam Valentine itu adalah sesat logika (logical fallacy) yang parah. 

Karena jomlo berarti gak punya pasangan, lalu dimana logikanya pernyataan "jomlo pakai kondom untuk ritual negatif di malam Valentine"? Ahli bahasa semisal Daeng Khrisna Pabichara pasti kesedak pisang ijo jika mendengar pernyataan itu.  

Tapi sesat logika yang lebih parah adalah pengaitan kaum remaja, malam Valentine, dan "ritual negatif" (maksudnya "hubungan seks di luar nikah"). Saya akan tunjukkan sesatnya.

Logika Pak Kasatpol PP itu begini:

  1. Remaja Kota Makasar pakai kondom saat melakukan hubungan seks bebas.
  2. Malam Valentine adalah momen puncak hubungan seks bebas.
  3. Untuk mencegah remaja melakukan hubungan seks bebas di malam Valentine, maka minimarket dilarang menjual kondom menjelang dan pada malam Valentine.

Ayo, kita tepok jidat dulu! Biar gak ikut kebawa sesat pikir.

Implisit, dalam pernyataan Pak Kasatpol PP tadi, hubungan seks bebas sudah marak di kalangan remaja Kota Makasar. Lalu, pemakaian kondom adalah syarat utama hubungan seks bebas itu.

Muncul sejumlah pertanyaan. Apakah benar seks bebas sudah sedemikian maraknya di kalangan remaja Makasar? Pak Kasatpol PP tidak menunjukkan datanya. Berarti cuma sangkaan pribadi.

Apakah penggunaan kondom syarat utama seks bebas di kalangan remaja Makasar? Pak Kasatpol PP juga tak punya data. Sangkaan pribadi lagi.

Seks bebas kan tak mesti pakai kondom. Bisa juga pakai pil. Bisa pakai sistem kalender. Bisa pakai teknik coitus interruptus. Atau cara lain yang Pak Kasatpol PP gak bakal paham. 

Remaja masa kini super kreatif, referensi seksnya canggih. Era metaverse gitu, lho.  Otak kolonial orang tua gak bakalan nyandaklah. 

Gak percaya? Coba saja tanyakan pada David Abdullah. Di permukaan dia tampak polos, di dasarnya dia adalah ahlinya ahli  tip dan trik seks era milenial jagad metaverse. Jangan tanya Acek Rudy, dia cuma paham kamasutra zaman pra-kolonial. Apalagi Om Je Peribadi, masuk sex shop aja (ngakunya) gak pernah.  

Lalu, apakah benar malam Valentine itu momen puncak hubungan seks bebas di kalangan remaja Makasar? Pak Kasatpol PP juga tak punya bukti data. Berarti dia mendiskreditkan malam Valentine dan remaja Makasar.

Hubungan seks bebas mah bisa kapan saja. Gak mesti nunggu malam Valentine. Keburu hilang selera, deh.

Tapi misalkan benar malam Valentine itu momen puncak hubungan seks bebas di kalangan remaja Makasar. Lantas, apakah pelarangan minimarket menjual kondom efektif untuk mencegahnya? 

Begini, ya, Pak Kasatpol PP Kota Makasar yang terkasih (mumpung masih suasana Valentine). Kondom itu tak hanya tersedia di minimarket. Tapi juga di supermarket, apotik, toko daring, sampai kios rokok tepi jalan, bahkan di tukang asongan.  

Lagi pula, sebelum Pak Kasatpol PP bikin aksi razia kondom, para remaja itu mungkin sudah punya stok kondom aneka warna, rasa, dan tekstur di dalam tas atau dompetnya. Lalu apa gunanya razia, kalau bukan karena pengen pegang-pegang kondom. Iya gak, sih?

Pada akhirnya, muara aksi razia kondom oleh Satpol PP Kota Makasar itu adalah pengukuhan framing negatif tentang Hari Valentine. Hendak dikesankan Hari Valentine itu adalah hari maksiat sedunia. 

Mau dilabel Hari Valentine itu sebagai hari seks bebas. Hari amoral, asusila. Tak sesuai nilai agama dan nilai budaya Indonesia.

Padahal, Hari Valentine itu kan sejatinya tradisi ekspresi kasih sayang kepada orang-orang terkasih. Tidak terbatas kepada pasangan hidup dan pacar. Tapi juga kepada orangtua, anak, dan sahabat karib.

Ekspresinya juga simbolik, indah, setangkai mawar dan atau sepotong cokelat. Mungkin juga dilengkapi dengan dinner romantis (tak harus mewah).

Memang ada saja orang yang menafsir malam Valentine itu sebagai malam pernyataan cinta dengan bahasa hubungan seks. Ini jelas penafsiran sesat, merendahkan makna luhur hubungan seks sebagai konjungsi birahi semata.

Tapi jangalah karena ada penafsir sesat makna malam Valentine seperti itu, Satpol PP sebagai representasi pemerintah lantas mendiskreditkan remaja dan kondom. Yang kamu lakukan di Makasar itu jahat, Pak Satpol PP. 

Atau iri hatikah kamu, wahai Pak Satpol PP "kolonial" tua, melihat para remaja milenial yang ceria itu memadu kasih dengan bahasa bunga sambil mengemut sepotong cokelat?

Mereka hanya mengemut sepotong cokelat manis, Pak Satpol PP. Bukan mengemut yang lain. Tolong singkirkan pikiran negatifmu, wahai kaum "kolonial" tua, agar kamu gak bikin "ritual aneh" semacam razia kondom di minimarket. (eFTe).

[1] "Jelang Hari Valentine, Satpol PP Makassar Razia Kondom di Minimarket", news.detik.com, 13/2/2022.
 
 
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun