Tapi semua rencana hati kita
Menjadi seperti mimpi di siang bolong
Sebab telah ada terselip di dalam hatiku
Yang tak mampu kuungkap padamu dinda.
Reff:
Rauli
Ingat aku selalu ingat aku dinda
Rauli
Walau engkau sudah nikah dinda
Hatiku tetap padamu
Rauli
Nantikanlah aku di mimpimu
Kan kuberitahu padamu….
Siapa yang salah
Siapa yang salah di antara kita berdua."Â
Syair lagu itu dengan terang mengisahkan bahwa Si Doli telah di-pehape tulangnya dan di-ghosting paribannya. Sakitnya itu "di sini", sampai Si Doli tak bisa move on. Tetap mencintai Rauli yang sudah menikah dengan pria idaman lain (PIL).
Rauli telah melakukan perlawanan terhadap tradisi perkawinan antar pariban. Orangtuanya juga mendukung, membiarkan Rauli meninggalkan kesepakatan perjodohan yang dibuat orangtua.Â
Sejatinya Si Doli sudah tahu Rauli punya PIL, tapi didiamkannya, sebab dia percaya pada kata-kata manis tulangnya. Jadi kalau harus nenunjuk siapa yang salah, ya, Si Doli itu yang salah. Sudah tahu Rauli punya pacar, eh, masih disosor juga. Jadi apa pula perlunya Si Doli datang ke mimpi Rauli?
Si Doli jelas belum bisa move on, hatinya masih pada Rauli, maka dia mau datang ke mimpi paribannya yang sudah jadi istri orang lain. Eh, itu tergolong perselingkuhan. Bahaya.Â
Siapa yang bisa menjamin bahwa dalam mimpi itu Si Doli hanya mau menyampaikan siapa yang salah di antara mereka berdua. Memangnya bisa menjamin dalam mimpi tidak akan terjadi kontak "kulit ke kulit" dan "bulu ke bulu"? Mimpi masa kini kan tak bisa dipercaya.Â
Lagu Rauli, bagaimanapun, dengan baik telah mengisahkan emansipasi sosial orang muda Batak Toba. Secara khusus emansipasi sosial perempuan Batak, untuk membebaskan diri dari kungkungan tradisi perkawinan endogami antar pariban.Â