Krisis keuangan adalah celaka. Krisis kepercayaan adalah petaka. -Felix Tani
Segera setelah menerima transfer hadiah sebagai pemenang kategori Best in Citizen Journalisn Kompasianival 2021, Guido mengirim pesan kepada Engkong Felix.
Dengan gembira Engkong membuka pesan Guido. Berharap akan mendapat komisi. Lumayan untuk cicilan utang soto kepada Mas Karso.
Tapi harapan memang sudah biasa jauh dari kenyataan. Â Jauh sate dari api. Bukannya mendapat komisi, malah mendapat pertanyaan, "Mengapa nilai hadiah K-Award turun dari Rp 2 juta jadi Rp 1 juta? Itupun masih dipotong pajak?"
Lha, mana Engkong tahu? Engkong kan bukan Admin K. Tapi musuh bebuyutan Admin K. Engkong langsung manyun: "Gagal deh dapet komisi."
Guido kemudian menulis artikel protes manis tentang fakta nilai K-Award yang tersunat sampai bikin meringis itu. Eh, artikelnya dijebloskan ke karantina dan, saat keluar dari situ, sudah gundul tanpa label "pilihan" .
Tidakkah Admin K sadis? Sudahlah memenggal nilai K-Award, eh, tega pula mencopot label otomatis "pilihan" pada artikel Guido. Sakitnya itu macam ambeien kronis komplikasi radang usus buntu.Â
Engkong sampai harus mengingatkan  Guido, "Jangan sampai kau kirim kakartana, hantu perudapaksa, ke Admin K untuk balas dendam."
Beruntung artikel David Abdullah, milenial tua, tentang hal serupa sebelumnya tidak copot label "pilihan". Malah jadi ngehits di K dan banjir komentar mengharu-biru.Â
Inti komentar-komentar itu berharap agar seluruh juara K-Award 2021 tawakal menerima musibah degradasi K-Award. Â Itu, katanya, cobaan yang akan mendewasakan.
Bangsa kita memang jago menguntai kata-kata penghiburan. Hei, coba kalo loe ada di posisi David, Guido, Tonny, Indra, dan Dewi hari ini. Masih bisa tawakal loe-loe  pade?
Memang sakit dipehape Admin K itu. Engkong sudah  merasakannya. Dulu dijanjiin dapat K-Rewards, sampai-sampai Engkong berani ngutang soto Mas Karso, eh, ternyata realisasinya zonk. Akibatnya Engkong terllit utang soto yang  takkan lunas tujuh turunan. Soalnya keturunan Engkong gak ada yang jadi kompasianer.
Tapi, kalau dipikir-pikir, para millenial tua pemenang K-Award itu rada fragile juga ya. Baru kena pehape hadiah Rp 2 juta tapi faktanya Rp 1 juta sudah pada broken heart. Bahkan sampai mikir ghosting segala dari K. Lha, engkong aja dijanjiin tujuh Presiden RI bakal adil-makmur, dan sampai hari ini belum terpenuhi, woles aja tuh.Â
Atau coba bandingkan dengan hadiah juara pertandingan silat dan panjat tebing Bupati Pandeglang Cup yang viral baru-baru ini. Juara silat Rp 45,000, juara panjat tebing Rp 95, 000, potong pajak pula. Padahal anggaran event Rp 150 juta. Itu para juara woles aja. Netizen aja yang riuh bin julid.
Tapi ada hikmahnya kasus hadiah "luar biasa" itu viral. Bupati Pandeglang marah besar. Lalu merogoh kocek Rp 57 juta untuk tambahan hadiah. Sambil berjanji akan memecat Kadispora, penyelenggara lomba. Masih untung gak potong gaji segala.
Apakah Admin K terinspirasi kasus Bupati Pandeglang Cup? Â Entahlah. Yang jelas Engkong Felix tak setuju kalau Admin K dipecat gara-gara kasus degradasi nilai K-Award 2021 dari Rp 2 juta jadi Rp 1 juta. Cukuplah jika Admin K mengakui adanya kesalahan. Terserah kesalahannya apa.
Solusinya begini. Jelaskan bahwa nilai Rp 1 juta itu sebenarnya cuma panjar. Lalu segera lunasi dengan mengirim Rp 1 juta lagi. Pajak ditanggung Admin K.Â
Tambahan itu kecillah, cuna Rp 5 juta. Lha bayar K-Rewards aja mampu kok  Rp 4-7 juta untuk kompasianer papan atas.
Tapi memang ada cilakanya. Mas Nurul, kata David, sudah berdalih K sedang "krisis keuangan". Â Alasan aneh untuk sebuah korporasi.Â
Begini, ya, Mas Nurul. Menurut pengalaman Engkong, krisis keuangan korporasi itu masalah internal. Jadi dampak finansilnya ke dalam. Semacam pemotongan gaji karyawan atau pemotongan bonus akhir tahun.Â
Krisis keuangan perusahaan tak boleh jadi alasan untuk memangkas hak finansil pelanggan, sepanjang nilainya sudah ditetapkan di awal.Â
Jadi, kalau K-Award sudah ditetapkan Rp 2 juta, ya, bayarkan Rp 2 juta. Jangan malah disunat jadi cuma Rp 1 juta. Itu namanya wanprestasi, bukan sekadar pehape lagi.
Tak adalah dasar hukumnya pelanggan (Kompasianer) harus ikut menanggung dampak krisis finansil perusahaan (Kompasiana) Â yang terjadi karena kegagalan manajemen. Penundaan atau pencicilan pembayaran hak (K-Award dan K-Rewards), boleh. Tapi penyunatan nilainya, haram itu hukumnya.Â
Justru biaya operasional dan gaji yang harus dipotong, agar bisa memenuhi kewajiban ke pelanggan. Ini soal menjaga kepercayaan.
Begitulah, Mas Nurul. Kami kompasianer sudah berjibaku ikut menegakkan Kompasiana. Maka hargailah kami selayaknya, sebagaimana kami juga menghargai inisiatif, kreasi, dan kerja Admin K.
Ayo, kita sehatkan dan tumbuhkan Kompasiana secara sinergis di atas nilai-nilai kepatutan.
Jangan sampai para peraih K-Award 2021 bersepakat mengembalikan hadiah untuk meringankan krisis keuangan Kompasiana.
Maaf kalau kata dan kalimat Engkong terlalu keras di sini. Kita ini semua, Admin K dan Kompasianer, Â masih satu keluarga, bukan? No hurt feeling, inggih? (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H