Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Anarkisme Sepak Bola ala Tim Indonesia Menghancurkan Tim Malaysia di Piala AFF 2020

20 Desember 2021   06:47 Diperbarui: 20 Desember 2021   10:51 3884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi Irfan Jaya untuk gol pertama ke gawang Malaysia (Foto: roslan rahman via kompas.com)

Strategi "tanpa-strategi" Timnas Indonesia adalah penerapan strategi 3-2-3-1 (menyerang) dan 3-3-2-1 (bertahan) di babak pertama. Lalu ganti menjadi 3-5-2 (menyerang) dan 5-3-2 (bertahan) di babak kedua. (baca artikel Arnold Adoe di K). Pergantian satu ke lain strategi itu berlangsung alami, seolah tanpa arahan. Sehingga Tim Malaysia tak pernah sepenuhnya mampu membaca permainan Tim Indonesia. 

Ya, tidak ada yang bisa membaca anarkisme, bahkan tidak juga pelakunya. Sebab  yang berperan di situ bukan lagi semata intelektualitas, melainkan terutama intuisi dan serendipitas. Intuisilah yang menggerakkan setiap pemain Indonesia dengan kesadaran tim. Dan serendipitas, kecerdasan melihat peluang tak terduga, dieksekusi dalam bentuk aksi yang membuahkan gol.

Maka, sepanjang permainan tadi malam, penonton bisa menyaksikan pemain Malaysia hanya bisa berlarian kebingungan sampai frustasi di lapangan. Mereka tak mampu mengkonter strategi anarkis, tak sistematis tapi dinamis,  yang dimainkan Tim Indonesia di lapangan.

Penonton juga jadi saksi, sebelum Tim Malaysia sepenuhnya sadar strategi apa yang sebenarnya sedang dihadapi, gawang mereka sudah kebobolan empat gol. Malaysia hanya kebagian satu gol sebagai hukuman untuk kesalahan Irfan Jaya, pemain depan yang nimbrung di garis belakang.

Barangkali, bisa dikatakan Shin Tae-yong termasuk satu dari segelintir pelatih yang berhasil menerjemahkan dan menerapkan filsafat anarkisme Feyerabend di lapangan sepakbola. Saya bilang anarkisme, bukan filsafat pragmatisme ala Charles Sanders Peirce, bapak pragmatisme Amerika.

Jadi? Ya, sudahlah. Selamat pulang kampung, Tim Malaysia. Tolong pula diingat, kemenangan Indonesia kali ini bukan semacam rendang yang bisa diklaim sebagai milik Malaysia. (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun