Sebenarnya Poltak ingin menggugat lebih jauh. Mengapa dunia kedokteran justru sibuk melakukan inovasi permak wajah dan bodi perempuan? Membesarkan bukaan mata, memancungkan hidung, meninggikan tulang pipi, mempersempit jidat, mengamplas pipi tembem, menebalkan bibir, meruncingkan dagu, mengelantang kulit, menyedot lemak perut, mengencangkan dada, membahenolkan pinggul, mengecilkan lingkar pinggang, dan mengencangkan kulit muka. Â Ada yag belum disebut?
Untuk apa semua permak-memermak wajah dan tubuh perempuan itu kalau waktu datang bulan wajah mereka tetap saja tidak sedap dipandang mata?Â
Di mana logikanya, coba! Harusnya kan bikin inovasi medis yang bikin datang bulan berubah rasa menjadi semacam belanja  diskon besar-besaran 12-12 tengah malam. Itu baru jempolan!
Tapi sudahlah. Lelaki tabah tak boleh banyak menuntut. Begitulah Poltak.  Malam hari, setelah seharian terkuras melayani kebutuhan anak dan istri yang  pasang wajah judes bin galak, dia naik ke pembaringan. Â
Segera disetelnya lagu artis kesayangannya, Eddy Silitonga. Â Dia hanya ingin dengar dua kalimat dalam liriknya, "Tabaaahkanlaaaah hatiiimu, saayaaang. Â Untuuuk deriiita iniii ...."
Sssst! Jangan berisik. Â Poltak sudah jatuh lelap. (eFTe)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI