"Heh, ingat, kau Samson Hutabolon! Jangan bikin malu!" Poltak secara khusus menyemangati Polmer. Â Lalu digaploknya belakang kepala "Si Samson" itu.
"Bodat kau, Poltak!" Polmer mengumpat kesal. Â Lagi, Poltak menggaplok kepalanya. Polmer tambah kesal.
"Ronde pertama! Siap!" Wasit memberi aba-aba. Â
"Diam kau, Polmer! Siap tempur!" Guru Paruhum mengingatkan.
Kedua tim dalam posisi berhadapan, siap tempur. Â Tali tambang goni terentang agak tegang dipegang dua tim di kedua ujungnya. Wasit memastikan pita merah yang terikat membagi dua tambang sudah tepat berada di atas garis tengah arena.
"Satu! Dua! Tiga!"
Bersamaan teriakan bilangan tiga, tambang langsung menegang kencang. Â Di dua ujungnya, Tim SD Hutabolon dan Tim SD Padomuan saling bersitegang. Keduanya mengerahkan tenaga berlawanan. Yang satu bernafsu menumbangkan yang lainnya.
Kedua tim bergeming. Â Tim SD Hutabolon dengan kuda-kuda pasak buminya seakan terpancang ke dalam tanah. Â
Kuda-kuda Tim SD Pardomuan tidak kalah kokoh. Â Kaki-kaki mereka seperti tiang-tiang rumah adat Batak.
Pandangan mata Poltak tak lepas dari kaki-kaki Tim SD Pardomuan. Â Dia melihat kuda-kuda pemain tengah lawan mulai agak goyah. Tapi waktunya belum tepat.
"Sintak!" teriak Poltak keras, saat pemain lawan nomor tiga ganti posisi kaki.
