***
Tapi mengapa Pigai menyebut nama Jokowi dan Ganjar dalam satu paket? Apakah karena mereka berdua kompak dalam pembukaan PON XX di Papua? Lalu timbul irihati, "Kenapa harus Ganjar, sih?"
Terbaca, arahnya adalah kontestasi politik dalam Pilpres 2024. Ada ketakrelaan bila Ganjar yang diorbitkan dan, mungkin saja, sukses terpilih sebagai Presiden RI nanti. Kenapa harus dia? Mengapa bukan Prabowo, Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Puan Maharani, atau Amin Rais?
Pigai masuk ke pusaran politik Pilpres 2024. Dia mengkapitalisasi "konflik sosial di Papua" untuk menjatuhkan Ganjar yang "nempel" ke Jokowi.Â
Logikanya, kalau Jokowi "tak bisa dipercaya", maka Ganjar, orang diorbitkannya, juga "tak bisa dipercaya". Â Agar Jokowi tak dipercaya, maka kepadanya harus ditempeljan label "perampok harta orang Papua", "pembunuh orang Papua", dan "penista orang Papua".
Pigai jelas mendistorsi fakta. Di Papua, Jokowi mengambil kembali harta Papua dari orang asing (Freeport), membangun sarana dan prasarana fisik khususnya jaringan transportasi, dan membangun ekonomi rakyat Papua.
Faktanya, memang ada pembunuhan di Papua. Tapi itu sejarah panjang yang harus ditempatkan dalam konteks konflik bersenjata antara TNI/Polri dan kelompok separatis Papua (OPM/KKB/Teroris). Konflik itu memakan korban di tiga pihak: warga sipil, anggota TNI/Polri, dan anggota kelompok separatis.Â
Siapa membunuh siapa di Papua, tergantung pada siapa (posisi, kepentingan, sudut pandang) yang berbicara. Jika Pigai hendak menjatuhkan Jokowi, Â maka dia akan menimpakan tanggungjawab atas "pembunuhan" itu ke pundak Jokowi. Dan itulah yang dilakukan Pigai.
Papua memang wilayah kemenangan  Jokowi dalam Pilpres 2014 dan 2019.  Jangan sampai hal itu diwariskan kepada Ganjar. "Pembunuhan karakter" Jokowi, itu satu cara untuk mencegahnya.
***
Apakah cuitan Pigai bermuatan rasisme? Menurut analisis saya, ya, bisa ditafsir rasis karena memperhadapkan "orang Jawa Tengah" (mayoritas etnis Jawa) dan "rakyat Papua" (mayoritas etnis Papua).