Bawang daun, atau bawang prei, itu gampang busuk. Itu menyebalkan. Selain tak guna lagi, baunya bikin mual.Â
Saya kerap mengalami itu. Bawang daun segar baru beli dari pasar disimpan dalam kulkas. Eh, tiga hari kemudian dedaunannya sudah membusuk. Meruapkan bau taksedap.
Heran. Padahal sebelumnya sudah dibersihkan dan dikeringkan. Lalu dibungkus kantong plastik. Kok ya cepat busuk juga.
Apa jadinya bawang daun hilang daun karena busuk? Ya, batang bawang itu namanya. Kurang sedaplah untuk bumbu pepes, pesmol, atau topping soto.
Ikhtiar digeber. Cari inovasi penyimpanan yang bikin awet bawang daun.
Saya coba memasukkannya ke dalam pot kaca. Layaknya bunga potong. Kasih air dikit. Letakkan di udara terbuka. Eh, tiga hari pangkal batangnya busuk. Bau ke mana-mana. Â Ya, iyalah, busuk. Kerendam air gitu, lho.Â
Pantang putus asa. Ubah cara. Tanpa air. Cukup taruh tisu di dasar pot. Potong akar bawang daun. Lalu masukkan ke dalam pot. Letakkan di udara terbuka. Di meja dapur atau teras belakang. Di mana saja, asalkan aman dari air.
Hasilnya? Sampai seminggu bisa bertahan. Tapi -- ada tapinya -- Â secara bertahap dedaunannya menguning dan mengering. Kudu rajin mengguntingi tiap pagi. Lama-lama gundul juga itu bawang daun.
Cari inovasi lain. Nah, saya ingat dalam naskah obat herbal disebut daun pisang bersifat antibakterial dan antiinflamasi. Makanya bagus digunakan membebat luka. Lebih bagus dari kain kasa, mungkin.
Begitulah. Saya ambil daun pisang batu yang tumbuh di pekarangan depan. Lalu menggunakannya sebagai pembungkus bawang daun. Pangkal batang dan ujung daunnya yang sudah kering atau rusak dipotong dulu. Daun bawang harus dalam keadaan bersih dan kering.
Setelah dibungkus pakai daun pisang, seperti membungkus lontong atau ketimus, bawang daun saya masukkan ke kompartenen sayuran di kulkas. Â Lalu saya mau biarkan di situ selama dua minggu.
Apapun yang akan terjadi, terjadilah. Pikirku. Harapanku, sifat antibakterial dan antiinflamasi pada daun pisang merambat ke bawang daun sehingga menjadikannya awet, tidak membusuk. Sama seperti daun pisang, tak membusuk kecuali terendam air atau terkubur tanah.
Dua minggu kemudian.
Dengan jantung berdebar-debar, saya ambil bawang daun berbungkus daun pisang dari kulkas. Bungkus daun pisang sudah kering. "Jangan-jangan bawang daun juga ikut kering," pikirku.Â
Perlahan-lahan saya buka bungkus daun pisang itu, dan ...
"Eureka!"
Bawang daun di dalamnya masih cukup segar, Kawan. Â Masih sangat layak digunakan untuk bumbu masak.
Istri saya senang bukan kepalang. Karena suaminya ternyata masih cerdas seperti dulu. Tapi terutama karena bawang daunnya masih awet.
Jadi, para suami, contohlah cara saya menyimpan bawang daun jika ingin membahagiakan istri. Gunakan daun pisang segar sebagai pembungkus. Lalu simpan di kompartemen sayuran dalam kulkas. Jangan dalam freezer.
Ingat. Membahagiakan istri itu tak rumit-rumit amat. Cukup dengan mempraktikkan cara mengawetkan bawang daun sampai sekurangnya selama 14 hari.Â
Tak soal bila ternyata istrimu bahagia lebih karena bawang daunnya masih tetap segar, ketimbang melihat dirimu yang sudah mulai tampak tua dan lelah.
Cobalah! Semoga menjadi suami cerdas dan sukses! (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H