Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Ridho Permana dan Jurnalisme "Ngangkang-Ngilu"

30 Juli 2021   13:57 Diperbarui: 30 Juli 2021   20:19 3846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komentar Sere Kalina dalam instagramnya terhadap Ridho Permana (Foto: Instagram Sere Kalina dalam ngopibareng.co.id)

Engkong Felix merasakan ngilu yang amat sangat pada jempol kaki kirinya.  Tadi padi, sewaktu olahraga beres-beres rumah, karena sembrono, bangku piano terjungkal dan menimpa jempol kaki kirinya itu. 

Kalau hanya tertimpa oleh gagang sapu, ulekan, punggung buku teks, atau tablet, tak terlalu masalah untuk Engkong.  Biasanya bagian yang tertebas langsung diterapi dengan cara menginjaknya.  Dengan begitu, jempol terhindar dari pembengkakan dan pembekuan darah dalam pembuluh halus.  Sakit sih saat diinjak, pakai banget, tapi mujarab.

Pada kasus tadi, Engkong takut menerapkan terapi injak jempol karena dia mendengar suara kertak.  Semacam suara tulang retak. Kalau diinjak, takutnya tulang jempol kaki kirinya malah remuk sekalian. Maklum jempol engkong-engkong.

Sebagai solusi, Engkong mengoleskan minyak tawon ke seluruh jempol kaki kirinya. Itu solusi yang sangat dibenci Engkong.  Sebab menurutnya, bau minyak telon adalah indikator engkong-engkong.  Sudah jelas engkong-engkong, kok ya pake ditegesin gitu, lho. Sadis itu, minus empati.

Manjurkah olesan minyak telon itu?  Tidak, Saudara-Saudara!  Jempol kaki Engkong malah bengkak bin memar tak karuan.  Ukurannya, saat artikel ini ditulis, sudah mencapai satu seperempat kali ukuran jempol kanan. Padahal, lazimnya, jempol kanan sedikit lebih besar dari jempol kiri.

Sakitnya?  Jangan ditanya.  Ngilunya tak terkira. Sampai ke otak.  Lha, iyalah.  Derita jempol kiri itu kan dikirim lewat syaraf ke otak, lalu otak merespon dengan pesan "Waduh, itu ngilu banget, lho!"  Maka Engkong pun merasakan ngilu yang kini mulai menjalar ke betis. Sebentar lagi mungkin merayap ke dengkul, paha, bawah perut, perut, sampai dada.

Engkong menyesal tiada guna, mengapa tadi tidak injak saja itu jempol. Sebab kemudian dia sadar suara kertak tadi bukan dari tulang jempol, tapi kertak giginya.  

Sampai detik ini Engkong tak paham mengapa giginya gemertak saat jempolnya tertimpa bangku piano.  Mungkin nanti Engkong akan tanyakan perkara ini kepada Kompasianer Dewi Leyly, dokter gigi yang kalau malam buka praktek "peri gigi".

***

Sembari menahan rasa ngilu yang sudah hampir tiba di dengkul, Engkong Felix membaca-baca cuapan di grup perpesanan. Berharap dapat hiburan penawar ngilu, eh, malah mendapat pesan yang mengilukan.  Cuapan-cuapan tentang "jurnalis" Ridho Permana yang bikin ngilu hati.

"Jurnalis" yang menulis di media daring viva.co.id ini rupanya sedang viral karena "liputan-liputan"-nya  tentang Olympiade 2021 Tokyo yang mengumbar cerita pose "ngangkang" atlit perempuan yang bikin dirinya "ngilu".  Catat, ya, yang ngilu itu dia, entah apanya. 

Coba baca selintas -- selintas saja, ya -- judul-judul berita yang diagihkan Ridho ini.  "Wow, Pose menantang Maharatu Bulutangkis, Pakai Bikini Bikin Ngilu"; "Bikin Ngilu, Aksi Latihan Bidadari Bulutangkis Autralia Pakai Bra"; "Duh, Pose Mengangkang Pebulu Cantik Kanada di Gym Bikin Ngilu"; "Pose Seksi Bidadari Bulutangkis Australia di Atas Ranjang Bikin Ngilu."

Saking ngilu melulu, seorang warganet sampai menganjurkan Ridho untuk minum pil paracetamol atau ibuprofen.  Kalau Engkong, sih, kasih saran agar Ridho segera ikut SWAB Antigen atau PCR.  Ngilu-ngilu itu katanya termasuk indikasi terpapar Covid-19.

"Jurnalisme" ala Ridho Permana itu menurut Engkong tergolong jurnalisme "ngangkang-ngilu".  Suatu genre jurnalisme yang berbasiskan "otak ngeres".  Jurnalis macam ini, jika dikirim meliput pertandingan olahraga yang dimainkan atlit perempuan, tiap setengah jam pasti akan memproduksi berita seputar "ngangkang" yang bikin "ngilu".

Judul-judul di atas baru "liputan" bulutangkis kelompok perempuan.  Bayangkan akan seberapa ngangkang dan seberapa ngilu beritanya jika dia meliput voli, voli pantai, senam lantai, senam palang, loncat indah, dan renang kelompok perempuan.  Mungkin dia tidak akan sempat nulis liputan, bahkan judulnya pun tidak, tersebab  "ngilu" terus-menerus (entah apanya).

Engkong heran sekaligus sedih betul ada media sebesar viva.co.id yang tega, sekali lagi tega, menyiarkan "berita-berita" sekelas "liputan" Ridho itu.  Berita-berita seputar atlit perempuan yang "ngangkang-ngilu".  Berita semacam itu, sekalipun hanya judulnya yang klikbait, mencerminkan moralitas yang rendah.  

Berita semacam itu betul-betul merendahkan, kalau bukan melecehkan, harkat perempuan. Menjadikan tubuh perempuan sebagai komoditas di media daring, demi viralitas, dan ujung-ujungnya duit.  Media tersebut, dan Ridho, hidup dari "menjual tubuh perempuan" di pasar media daring.  Bukankah itu tergolong kejahatan kemanusiaan?

***

Mungkin ada yang nyeletuk, bilang Engkong munafik, pura-pura suci padahal ngebet juga pada yang ngangkang-ngangkang. Oh, Engkong gak munafik.  Jujur, Engkong sangat bernafsu pada yang ngangkang-nangkang.   Salah satunya ayam bakar taliwang. Juga bipang ambawang.  Sayang, Kompasianer Prov. Al Pebrianov itu jenis "King of Lip Service" rupanya.  Janji ngirim bipang ambawang tinggal janji. Memang lidah tak bertulang.

Akan halnya tulisan-tulisan Ridho yang mengumbar peristiwa ngangkang dan ngilu itu, katanya sudah dihapus semua dari media daring.  SIWO PWI juga sudah menegur viva.co.id atas berita yang dinilai "cabul dan tak bermoral" itu.  Untuk Ridho, Engkong sarankan agar belajar menulis seksualitas dan erotisme secara elegan kepada Kompasianer Ace Rudy, kamasutralog cum numerolog tersohor.

Seperti ngilu di jempol kiri kaki Engkong ysng menjalar ke sekujur tubuh, begitulah "ngilu" mental menjalar dari artikel Ridho ke khalayak pembaca. Menimbulkan rasa sakit dan kerusakan pada psikis khalayak.  

Jelasnya, "ngilu" yang disebabkan berita itu sudah merambat ke otak banyak pembaca viva.co.id. Lalu, sedikit atau banyak, merusak cara pandang pembaca terhadap gender perempuan.  Menanamkan satu cara pandang yang biadab, bahwa perempuan itu hakekatnya ngangkang dan bikin ngilu.

Engkong tidak tahu bagaimana cara viva.co.id dan Ridho Permana memperbaiki kerusakan cara pandang atau bahkan mentalitas pembacanya.  Kerusakan itu terlalu mahal biayanya.  Nilai duit yang diterima viva.co.id dan Ridho dari tulisan-tulisan penistaan gender perempuan itu tak lebih besar dari nilai upil.

Walau tulisan-tulisan itu sudah dihapus, Engkong tetap mendorong kelompok-kelompok pembela harkat perempuan untuk melaporkan hal itu kepada kepolisian.  Itu tergolong kasus penistaan perempuan, perdagangan "tubuh perempuan" di dunia maya. Harus ada inisiatif untuk menunjukkan bahwa hal itu "perbuatan jahat".

Sebentar.  Rasa ngilu di jempol kaki kiri Engkong sudah menjalar sampai ke dada. Becampur dengan rasa ngilu di hati akibat jurnalisme "ngangkang-ngilu" Ridho Permana, sekarang rasa ngilu sampai ke dasar hati.  Engkong tak mampu lagi menulis. (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun