Sepuluh anak bersiap di titik start masing-masing. Â Tidak seorangpun mengenakan pakaian olahraga lari. Semua pakai celana katun harian dan hem katun. Tanpa sepatu. Kaki ayam, alami.
Juri pemberangkatan mengangkat jempol ke arah para juri waktu di garis finish, di ujung barat lintasan lari. Para juri waktu membalas angkat jempol. Perlombaan siap dimulai.
"Bersedia!" Juri meneriakkan aba-aba pertama. Sepuluh pelari serentak mengambil posisi jongkok pada satu kaki.
"Siap!" Para pelari serentak mengangkat badan, mengambil posisi siap lari. Konsentrasi penuh pada aba-aba terakhir.
"Ya!"
Sepuluh anak melesat dari titik start, seperti gelatik-gelatik terbang mendadak dari rumpun padi karena dikageti. Sampai duapuluh lima meter lintasan, para pelari masih relatif sejajar. Â Imbang. Â Pendukung masing-masing pelari bersorak-sorai memberi dukungan.
"Sirlam! Sirlam! Sirlam!"
"Binsar! Binsar! Binsar!"
"Tumpak! Tumpak! Â Tumpak!"
Setelah limapuluh meter lintasan, tampak tiga pelari unggul di depan. Â Sirlam dari SD Pardomuan, Binsar dari SD Hutabolon, dan Tumpak, dari SD Martoba. Â Posisi mereka relatif sejajar.Â
Sampai tujuhpuluhlima meter lintasan, posisi Sirlam, Binsar, dan Tumpak masih relatif sejajar. Â Pendukung mereka, teman sekolah masing-masing, semakin histeris meneriakkan nama-nama mereka.