Tak ada makalah ilmiah tanpa metode penulisan. Metode itu menjamin objektivitas dan validitas data atau informasi yang dikumpulkan dan digunakan dalam anilisis.Â
Tanpa metode yang dapat dipertanggung-jawabkan obyektivitasnya, maka suatu makalah bisa dicap fiktif atau fiksi subyektif. Kalau bukan omong kosong atau kebohongan.
Metode penulisan makalah lazimnya terpumpun pada penentuan lingkup dan jenis data, sumber data, cara pengumpulan, cara pengolahan, dan cara analisisnya. Data itulah yang digunakan sebagai dasar penjelasan yang logis.
Contoh. Terkait masalah konflik pesepeda dan pemotor misalnya ditetapkan cakupan datanya adalah kejadian-kejadian konflik penggunaan jalan antara kedua kelas sosial itu di kota Jakarta. Itu berarti pembahasan dipumpunkan pada kasus kota Jakarta.
Untuk itu jenis data misalnya dibatasi pada data sekunder. Berarti kategorinya dokumen. Itu meliputi berita media massa cetak dan televisi, serta agihan media sosial semacam blog, Twitter, Facebook, TikTok, Instagram, dan Youtube.Â
Semua data sekunder itu mesti diuji validitas dan kebenarannya. Jangan sampai kejadiannya bukan di Jakarta. Jangan pula kejadian itu hasil rekayasa.
Untuk membunyikan data dokumentatif seperti itu, paling tepat diterapkan pendekatan analisis isi (content analysis). Untuk setiap unit dokumen itu dibedah struktur (kelas sosial pelaku) dan proses (penyebab, proses, intensitas, solusi) konfliknya.
Menyajikan Penjelasan Logis Berdasar DataÂ
Setelah data terkumpul, diolah, dan dianalisis, tiba saatnya menuliskan penjelasan logis atas masalah yang dikaji. Untuk menjamin kelogisannya, maka penjelasan itu harus manut pada arahan kerangka pikir teoritik yang telah dirumuskan.
Bagian penjelasan logis itu merupakan pengisian kerangka pikir dengan hasil analisis data atau informasi. Setiap komponen kerangka diisi dengan data analitis yang valid dan relevan. Dengan cara itu, terbangunlah suatu penjelasan logis yang ketat dan bernas tentang pokok permasalahan.Â