"Kau jangan main catur di lapo teruslah. Kerjalah kau itu. Â Jadi orang harus ringan tulang berat perut. Hempas tulang berisi perut. Begitu. !" Tiur mengingatkan suaminya. Â Kalau rajin usaha, pastilah rejeki akan mengalir deras. Intinya, kerja banting tulang.
Dari dulu, saat masih pacaran, Tiur sebenarnya sudah tahu Torang itu pemalas. Â Tapi, ya, begitulah, seperti kata pepatah, racun diminum haram tak mabuk. Â Kalau sudah dimabuk cinta maka semuanya tampak indah. Â
Akibatnya, sekarang, ekonomi keluarganya ibarat alu patah lesung hilang.  Satu masalah terselesaikan, datang lagi masalah baru. Harusnya dulu pikir dahulu pendapatan, sebab sesal kemudian tiada berguna. Â
"Pokoknya," kata Tiur kepada Torang, "mulai sekarang, esa hilang dua terbilang!" Harus kerja keras, teguh hati, sampai kesejahteraan ekonomi keluarga tercapai.
"Baiklah, istriku," kata Torang dengan sorot mata bersemangat, "Aku mau kerja keras. Â Prinsipku, habis kapak berganti beliung." Â Torang berjanji bekerja keras tanpa lelah mencari nafkah untuk keluarganya. (efte)
*Alangkah puitisnya bila pertengkaran suami-istri menggunakan peribahasa.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H