Pangkat Fanatik ini, terus terang, Â mengantar saya pada posisi tak begitu nyaman karena dua alasan. Pertama, saya tak suka label "Fanatik" karena konotasinya negatif. Dari fanatik ke radikal ke teroris.Â
Karena itu, saya mohon kepada Admin K, tolonglah buang saya ke status Maestro. Kasihan Pak Tjiptadinata sendirian di sana. Dia perlu teman. Pak Tjip, Salam Luna Maya, Lanjut Usia Namun Masih Gaya!
Kedua, saya sedih teringat nasib temanku, Kompasianer Bang (Sya)Fei. Â Pasalnya, Bang Fei itu yang sedang berjuang sungsang-sumbel kadungsang-dungsang menulis dua sampai empat artikel per hari demi meraih status Fanatik. Sampai sekarang jempol kakinya masih terjepit pintu kamar Penjelajah. Ngilu!
Tapi, ya sudahlah, saya sudah keburu dicap Fanatik. Mau apa lagi. Mau apa? Ya, lanjut ke Seniorlah. Masa mundur lagi ke Penjelajah. Solider sama Bang Fei boleh-boleh saja, tapi lebih penting dari itu adalah upaya menyemangati, "Bang Fei, kejar daku kau kutinggal." (efte)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H