Singkong sayur berasal dari limbah batang singkong sayur. Bibit talas didapat dari batang atas talas Bogor. Bibit ubi jalar adalah pangkal umbi yang sudah kadung tumbuh tunas.
Hanya bibit jeruk purut yang saya beli dari seorang pedagang tanaman keliling di Pasar Tebet. Lalu bibit pandan diambil dari pekarangan mertua. Serta, hampir lupa, pisang yang tumbuh sendiri dari kotoran musang.
Permakultur atau pekarangan alami itu sudah berfungsi sebagai katup pengaman dapur kami. Di saat-saat butuh, tinggal ambil di pekarangan: kunci untuk sayur bayam, daun kunyit untuk gulai, jahe dan kencur untuk sambal, daun pandan untuk kolak, daun singkong untuk sayur, sereh untuk pepes, dan talas untuk makanan selingan.Â
Taman-Pekarangan, Nyaman-Aman
Karena permakultur yang saya terapkan adalah pola taman-pekatangan, maka keluarga mendapatkan dua manfaat sekaligus. Kenyamanan sebuah taman hijau berbunga dan keamanan dapur berkat sumbangan tanaman bumbu dan sayuran di pekarangan.
Juga, karena menerapkan pertanian alami, maka pekarangan menyumbang pada perbaikan lingkungan khususnya tanah. Setidaknya, pekarangan itu tak menyumbangkan residu pupuk dan pestisida kimiawi yang mencenari tanah dan air.
Tambahan, karena bebas bahan kimia, hasil pekarangan alami itu sehat dan aman bagi tubuh. Sayur dan bumbu alami, hasil pekarangan itu, adalah suatu kebaikan di tengah gempuran bahan pangan pokok dan pelengkap pangan yang diproduksi dengan dukungan pupuk dan pestisida kimiawi.
Taman-pekarangan alami, bagaimanapun juga, adalah sebuah oase yang memberikan kenyamanan bagi penghuni rumah, sekaligus menjamin keamanan kepul dapur. Saya sudah buktikan. Baik sekali jika ada pembaca yang tertarik untuk mencoba di rumah sendiri. (efte)
Rujukan: