Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ganjar Pranowo dan Puan Maharani Bukan Calon Presiden RI 2024

25 Mei 2021   17:51 Diperbarui: 26 Mei 2021   04:42 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. (Sumber: Kolase TribunKaltara.com / Kompas.com/Riska Farasonalia)

Politisi, pengamat, dan warganet gemar bermain "manusia jerami". Istilah ini menunjuk pada kegemaran seseorang membangun argumen di luar isu pokok. Lalu dia sibuk sendiri bikin analisis yang memuaskan egonya. Tak perduli dia berada di luar konteks.

Hal semacam itu sedang terjadi pada kasus Ganjar Pranowo.  Kader senior PDI-P, Gubernur Jawa Tengah, itu tak diundang Puan Maharani dalam temu konsolidasi kader PDI-P di Semarang baru-baru ini. Pengamat bilang, Ganjar sedang dipermalukan di ruang publik. Karena tak diundang, Ganjar lalu pergi main sepeda ke Jakarta.

Kata Ketua DPD PDI-P Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, Ganjar tak diundang karena lancang main medsos untuk meningkatkan elektabilitasnya sebagai Capres 2024.  Itu menyalahi tradisi partai yang menggariskan kepatuhan mutlak pada Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri. Jadi Ganjar sedang dihukum oleh partainya.

Lalu dalam pidatonya, Puan bilang seharusnya pimpinan itu turun ke bawah mengurus rakyat, tidak sibuk di medsos. Politisi, pengamat, dan warganet langsung menafsir Puan sedang menyentil Ganjar, yang dinilai sudah melangkahinya sebagai Capres 2024.  

Kesimpulan dari keriuhan analisis itu, Ganjar sedang dijewer Megawati karena lancang membesarkan diri menjadi Capres 2024 potensil melangkahi Puan yang konon sedang digadang-gadang sebagai Capres atau Cawapres RI tahun 2024.

Benarkah begitu? Mari kita uji logika pada kesimpulan itu dengan beberapa pertanyaan dasar

Benarkah Ganjar Pranowo berambisi menjadi Capres 2024? 

Ganjar tidak pernah menyatakan ambisinya secara eksplisit. Sehingga pertanyaan itu tak bisa dijawab berdasar bukti ujaran-ujaran Ganjar.

Bukti yang dikedepankan kemudian adalah aktivitasnya di medsos.  Itu dianggap sebagai pemasaran politik, untuk meningkatkan elektabilitas menjadi Capres 2024.  Itu dinyatakan oleh, antara lain, Bambang Wuryanto.

Itu anggapan keliru.  Ganjar memanfaatkan medsos untuk berkomunikasi dengan rakyatnya.  Sekarang era masyarakat 4.0, kalau bukan masyarakat pra-5.0.  Warga cenderung lebih nyaman berkomunikasi lewat medsos. Ganjar tahu komunikasi model apa yang dimau rakyatnya.  Ya, medsos, seperti halnya juga Presiden Joko Widodo.  

Konten medsos Ganjar itu hanya dua jenis: aksi Ganjar sedang bekerja di tengah masyarakat, dan narasi Ganjar tentang apa yang dikerjakannya.  Jadi, Ganjar tidak semata main medsos untuk pencitraan. Tapi menggunakan medsos sebagai saluran komunikasi pembangunan. Bukan untuk meningkatkan elektabilitasnya sebagai Capres 2024.

Ujaran Puan agar pemimpin jangan sibuk main medsos tapi harus turun ke tengah masyarakat, dengan demikian tak relevan untuk Ganjar.  Memang tak harus ditafsir untuk Ganjar.  Bisa saja ujaran itu dilontarkan ke Anies Baswedan, Gubernur Jakarta, bukan?  

Penganut argumen "manusia jerami" mungkin bilang, tapi kan elektabilitas Ganjar paling mencuat di antara kader lain PDI-P berkat medsos? Nama Puan bahkan tidak muncul sama sekali dalam hasil-hasil survei elektabilitas.  Ya, benar, tapi mengapa harus menyalahkan Ganjar?  Bukan dia yang mengajukan namanya untuk masuk pertanyaan survei.  Tapi para tukang survei itulah yang memasukkan nama Ganjar.  

Benarkah Puan Maharani digadang sebagai Capres RI 2024 dari PDI-P?

Dalam tradisi PDI-P, kata putus nama Cawalkot, Cabub, Cagub sampai Capres ada di bibir Ketua Umum Partai.  Sekarang berarti di bibir Megawati. Sekarang coba cari data, apakah Megawat pernah mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Capres RI dari PDI-P untuk tahun 2024 adalah Puan Maharani? Sejauh ini belum ada.

Lalu dari mana datangnya isu Puan adalah Capres 2024 dari PDI-P?  Jelas isu itu dilontarkan faksi-faksi pro-Puan di tubuh PDI-P, untuk alasan yang pasti berkait dengan pengamanan kepentingan-kepentingan politik, ekonomi, dan sosialnya.  Lalu juga dari pihak luar-PDI-P, untuk tujuan-tujuan yang mungkin dimaksudkan menggembosi  PDI-P.  

Isu Puan sebagai Capres 2024 untuk menggembosi PDI-P?  Mengapa tidak.  Perhatikan ada dua isu ujaran Puan yang telah digoreng supaya gosong dan bau.  Pertama, ujarannya agar Sumatera Barat mendukung Pancasila dan. kedua, ujarannya agar Mesjid Istiqlal terbuka untuk umum, termasuk untuk non-Muslim.  

Dua ujaran itu telah digoreng sedemikian rupa menjadi risakan untuk Puan, dengan maksud menunjukkan bahwa dia tak punya kualitas sebagai Capres 2024. Kalau PDI-P kemudian menyatakan Puan sebagai Capres 2024, maka ujaran itu akan digunakan sebagai amunisi untuk menggembosi Puan dan PDI-P sebagai partai pengusungnya.  

Karena Puan belum resmi dinyatakan sebagai Capres 2024 dari PDI-P, maka simpulan Ganjar telah melangkahi Puan sebagai Capres 2024 atau mendahului keputusan Ketua Umum PDI-P sama sekali tidak berdasar.  Simpulan semacam itu hanyalah spekulasi politis yang dilontarkan di atas mitif-motif kepentingan pribadi dan kelompok.

Lalu apa maksud di balik permainan politik PDI-P ini?

Pengurus PDI-P itu bukanlah politisi-politisi kemarin sore.  Mereka tahu persis apa yang mereka sedang lakukan dan hasil apa yang dicari.  Jelas bahwa PDI-P tak akan sudi membenturkan satu dan lain kadernya sendiri.  Apalagi kader-kader yang berbasis di Jawa Tengah.  Hal itu sudah terbukti pada kasus Gibran Rakabuming, sekarang Walikota Solo.

Puan dan Ganjar tidak sedang perang dingin, apalagi sedang berbenturan kepentingan untuk menjadi Capres 2024. Jika Puan tak mengundang Ganjar, itu bukan langkah personal Puan, tapi bagian dari strategi partai.  Itu pasti bagian dari keputusan politik internal Ketua Umum.  Menurut tradisi partai, tak mungkin Puan mengambil sikap politik sendiri seperti itu.

Lalu apa maksud keriuhan yang berfokus pada peristiwa Ganjar tak diundang Puan di rumahnya? Tak terlalu sukar ditebak.  Tak lain untuk mendengar suara politisi non-PDI-P, faksi-faksi dalam tubuh PDI-P, para pengamat politik, dan konstituen politik PDI-P sendiri, sebagian di antaranya netizen pegiat medsos.  

Pimpinan PDI-P memerlukan suara-suara itu sebagai masukan untuk pengambilan sebuah keputusan mahabesar dan mahapenting:  Capres 2024 dari PDI-P.  Berdasar suara-suara itu, dan pertimbangan politik dan sosial lainnya, bisa saja keputusan mengerucut pada Puan, atau sebaliknya pada Ganjar. Atau bisa saja Gibran, yang mungkin sedang dipoles jadi "kuda hitam."

Misalkan Ganjar bukan pilihan Mega, lalu dia akan jadi apa? Habiskah karir politiknya? Atau pindah "rumah kost"? Tidak. Dengan kekuatan medsos dan elektabilitasnya, sebagai loyalis PDI-P, dia mungkin akan menjadi pengumpul suara handal bagi Puan, atau Gibran, atau siapapun  untuk Jawa Tengah. Jika capres dari PDI-P mememangi Pilpres 2024,  jabatan menteri sudah disiapkan untuknya.

Ini politik.  Apa pun bisa terjadi.  Entah itu sesuai dengan kepentingan rakyat atau tidak.  Tapi jelas sesuai dengan kepentingan partai. Jadi, mengapa sih harus ikut-ikutan heboh bila sebuah partai sedang memainkan "permainan politik" (political game). Tonton saja, lalu komentar datar, tanpa emosi. Sebab partai juga tak punya emosi, bukan? 

Lagi pula ini masih tahun 2021.  Pilpres 2024 masih tiga tahun.  Lain soal jika ada konflik dua Capres dari PDI-P tiga bulan sebelum Pilpres. Nah, itu baru "peristiwa politik", bukan "permainan politik" seperti sekarang ini.(efte)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun