Begitulah, artikel risakanku kepada Eja Guido misalnya mengupas logika perhantuan. Sebagai contoh, bagaimana mungkin Guido yakin seseorang telah diperkosa kakartana, hanya karena anulakinya babak-belur?Â
Lihatlah, artikel risakan pada dasarnya adalah artikel serius. Walaupun kategorinya picisan, tapi mutunya tak boleh recehan.
Lantas, mengapa aku menulis artikel risakan? Alasannya sederhana. Artikel risakan itu adalah salah satu hasil serendipitas dalam penerapan mashab anarkisme literasi dalam penulisan artikel. Aku sebut itu sebagai paham literasi kenthir.
Jadi, menulis artikel risakan adalah konsekuensi dari pilihan menjadi penganut literasi kenthir. Sesederhana itu penjelasannya.
Adakah Kompasianer yang berani merisak-balik aku? Ada. Kusebut namanya di sini: Mas Susy, Prov. Al Peb, Pak Tjip, Daeng Khrisna, dan Daeng Rudy. Mereka dengan suka-cita merisak aku, tanpa menyadari bahwa dengan melakukan itu mereka sebenarnya telah menjadi penganut literasi kenthir. Tolong jangan beri tahu mereka tentang hal itu. (efte)
Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H