Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Joki Kuliah, Profesi Sesat yang Mendungukan Mahasiswa

8 April 2021   09:30 Diperbarui: 9 April 2021   09:56 3719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalkan pula mahasiswa itu, karena kebodohan sistem, lulus menjadi sarjana. Pertanyaannya, apakah dia punya kualitas akademik atau kompetensi sebagai sarjana? Jawabnya: Tidak! Dia hanya seorang lulusan SMA yang berhasil "membeli" ijazah sarjana dalam tempo 4-5 tahun. Lantas sumberdaya manusia macam apakah manusia seperti itu? Harus saya katakan secara jujur, itu adalah sumberdaya manusia dungu. 

Bayangkan pula, dengan memanfaatkan modal sosial negatif KKN, sarjana dungu itu berhasil menduduki suatu jabatan publik. Kira-kira apa hal positif yang bisa dilakukannnya, di samping banyak hal dungu yang pasti dipertontonkannya?

Saya lantas teringat kecemasan Mas Menteri Pendidkan Nasional Nadiem Makarim. Katanya, kalau pembelajaran daring berkepanjangan, nanti anak-anak kita menjadi bodoh. Dia tidak bilang dungu, karena kata itu tak pantas diujarkan seorang Menteri.

Tapi maksudnya sama saja: sistem pembelajaran daring yang kini berjalan memang berpotensi mendungukan siswa/mahasiswa. Selain karena minimnya relasi dan emosi sosial antara pengajar dan pembelajar, ini basis psiko-sosial belajar-mengajar, sistem daring yang ada memang rawan dicurangi olehorang-orang yang energinya dihabiskan untuk mencari "jalan pintas".

Ini sebenarnya tidak khas Indonesia, tapi gejala global. Australia, misalnya, juga mengalami hal serupa dalam kadar masif. Integritas mahasiswa semacam itu mengancam kualitas pendidikan. Karena itu Australia telah menyusun unsang-undang anti-joki perkuliahan, dengan vonis sampai 2 tahun penjara untuk terpidana joki.

Keinginan Mas Menteri Nadiem agar pembelajaran luring (tatap muka) dapat segera dimulai, dengan begitu memang harus didukung. Selain lebih efektif untuk proses pembelajaran, sistem tatap-muka itu sampai batas tertentu juga bisa mereduksi tindakan-tindakan curang siswa/mahasiswa yang bersifat mendungukan.

Secara khusus khusus, sistem luring bisa mengurangi peluang kerja bagi profesi joki yang sesat itu. Saya bilang sesat, bukan haram, karena profesi itu menghasilkan uang dengan cara mendungukan orang lain. 

Gejala perjokian kuliah itu sudah menjadi kekuatan informal yang melekat pada sistem pendidikan tinggi. Ironisnya, dia tidak meningkatkan kualitas pendidikan.

Tapi sebaliknya meruntuhkan dengan cara merusak integritas mahasiswa. Mahasiswa pengguna jasa joki itu pada akhirnya nanti akan lulus menjadi sarjana minus-integritas.

Gagasan Mas Menteri Nadiem tentang kampus merdeka bisa juga mereduksi sistem joki dalam proses perkuliahan. Khusus untuk tugas akhir, karena dalam konsep itu ada sistem magang kerja, maka ketentuan skripsi sebagai tugas akhir yang berlaku umum bisa direvisi. Tugas akhir cukuplah laporan magang yang disetujui oleh pejabat di instansi/lembaga/perusahan/organisasi magang. 

Skripsi hanya diberlakukan untuk mahasiswa yang berminat di jalur sains atau akademik. Untuk kelompok mahasiswa seperti itu, selain laporan magang, mereka juga diwajibkan menyusun skripsi berdasar pengalaman magangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun