Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #046] Alpa Sekolah Demi ke Silosung

31 Maret 2021   16:46 Diperbarui: 31 Maret 2021   17:07 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ompung!  Ompung!  Ompung!"  Poltak berteriak sekuat tenaga memanggil neneknya.  Larinya semakin cepat.  Tak percuma tadi minum segelas teh manis dan makan dua buah lampet panas.

Teriakan Poltak terdengar oleh nenek dan bapaknya. Mereka berhenti menunggu.  Poltak menambah kecepatan larinya.

"Aku ikut, ompung," pinta Poltak setelah berhasil menyusul.

"Jauh. Ke rumah ompungmu di Silosung. Bermalam di sana."  Bapaknya memberitahu Poltak tempat tujuan bepergian.  Kampung Silosung terletak di pantai-luar timur Danau Toba. Berada di gigir sebuah teluk kecil. 

"Ah.  Sudah kubilang tadi, tak usahlah mengajak dia minum di kedai."  Nenek Poltak menyesali dan menyalahkan bapak Poltak.  Lalu agak menyalahkan Poltak, "Jadi alpalah kau sekolah besok."

"Tak apalah.  Ayo, Poltak, naik."  Bapak Poltak memberi persetujuan.   

Dengan sigap, Poltak naik dan duduk serong di pipa-atas tulangan sepeda, antara sadel dan setang. Bukan posisi duduk yang nyaman. Tapi Poltak tak hirau. Sebab hatinya nyaman, tak akan kehilangan neneknya, walau hanya semalam.

Jarak Hutabolon ke Silosung kurang lebih delapan kilometer.  Setelah melewati hutan pinus, Poltak bersama nenek dan bapaknya tiba di Desa Sibisa. Dari situ perjalanan bersepeda dilanjutkan ke arah selatan, ke Hutaginjang, kampung terakhir di gigir tebing pantai Danau Toba.   Di kampung itu, sepeda dititipkan di rumah satu keluarga yang masih terbilang kerabat.

Perjalanan dilanjutkan berjalan kaki.  Berjalan kurang-lebih tigaratus meter ke arah selatan, Poltak bersama nenek dan bapaknya tiba tepat di bibir tebing.  

Poltak terpana takjub.  Untuk pertama kali sepanjang hidupnya dia menyaksikan Danau Toba dari ketinggian.  Jarak dari bibir tebing ke bawah, ke bibir pantai, kurang lebih seratus meter.  Kemiringan tebing itu sekitar tujuh puluh derajat.  

Dari bibir tebing, Poltak melihat permukaaan Danau Toba tampak sebagai cermin berkilauan. Beberapa perahu partoba, nelayan Danau Toba, tampak bergerak pelan di sekitar pantai.  Dari atas, perahu-perahu itu tampak kecil. Seperti serpihan-serpihan kayu mengapung di air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun