Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Calon Menantu Kurang Ajar

19 Maret 2021   15:08 Diperbarui: 19 Maret 2021   15:47 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau seorang perjaka punya pekerjaan hebat dan hobi keren, seganteng apapun tampangnya, pasti gampang mendapatkan calon mertua.  

Calon mertua? Gak salah, tuh? Bukannya calon istri? Bukan! Calon mertua! Gak usah protes! Ini ceritaku!

Tapi Poltak semasa perjaka tingting bukanlah jomlo yang memikat bagi camer.  Pekerjaanny mocok-mocok alias pengangguran terselubung.  Hobinya cemen:  mancing di kali atau terkadang di tebat tetangga.  Tampang jauh dari jelek, artinya jelek banget. 

Mana ada calon mertua yang berminat bermantukan jomlo kere macam Poltak itu.  Kendatipun si calon mertua itu sebelas duabelas dengan Poltak, pastilah dia ogah berempati pada calon mantu semacam itu.  Ini soal serius, soal masa depan anak gadisnya.  Akan seperti apa nasib anak perempuannya jika menikah dengan manusia sejenis Poltak?  Madesu, Kawan!

Itulah alasan yang membuat Poltak dua kali ditolak orangtua gadis pujaaannya sebagai menantu.  Pedih, jenderal.  Tapi, ya, itulah hidup.  Penolakan adalah tanda kekurangan yang harus dilebihkan.

"Apa hobi kau, Poltak."  Calon mertua menginterogasi Poltak dengan suara keras dan sorot mata tajam.

"Mancing ikan, Tulang," jawab Poltak tegas.

"Mancing ikan?"  Calon mertua terdiam, tegang.  Sejurus kemudian bicara keras kepada anak gadisnya, "Berta! Among larang kau menikah dengan Poltak!"

"Kenapa, Among?" Berta berurai air mata.

"Poltak ini suka mancing.  Pernahkah kau lihat pemancing memberi umpan pada ikan yang sudah ditangkapnya?  Tidak, kan? Dia akan pasang umpan untuk memancing ikan lain!  Bakat poligami itu! Kau mau dimadu, Berta?"

Maka Poltak putus cinta dengan Berta.  Tak apalah.  Masih ada rokok.  Putus cinta soal biasa, putus rokok luar biasa.

Itu kejadian pertama.  Peristiwa kedua lain lagi masalahnya.

"Apa kerja kau, Poltak."  Calon mertua menginterogasi Poltak dengan suara keras dan sorot mata tajam.  Entah kanapa ekspresi calon mertua selalu seperti itu saat menginterogasi calon menantu.  Seperti sedang menginterogasi saingan cinta.

"Mocok-mocok, Tulang," jawab Poltak meyakinkan.

"Mocok-mocok?  Mati aku! Mau kau kasih makan apa anak istrimu nanti!"

"Bah, Tulang!  Sedangkan burung di langit bisa menuai dari ladang yang tak ditaburnya!  Apalagi aku, manusia!"  Poltak tersinggung berat dan langsung emosi tinggi.

"Bah! Berta!" Calon mertua berteriak pada anak gadisnya.  Entah kenapa namanya Berta juga, seperti pacar Poltak pertama. Macam tak ada nama lain saja. "Dengarkan amongmu ini.  Kau kularang menikah dengan lelaki bernama Poltak ini!"

"Kenapa, Among?" Berta berurai air mata.  Kok sama, ya, ekspresinya dengan Berta yang dulu.

"Kenapa? Poltak ini menuai dari yang tak ditaburnya.  Berarti dia bakat copet, nyolong, garong, rampok.  Among tak sudi punya mantu maling!"

Maka Poltak putus cinta dengan Berta lagi. Kali ini apa-apa. Sebab tak ada lagi rokok. Putus cinta soal biasa, putus rokok luar biasa.  Kiamatlah dunia bagi Poltak.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun