Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #042] Urat Leher Geser Demi Limun

18 Maret 2021   14:23 Diperbarui: 21 Maret 2021   13:56 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bistok!Pantaslah kemiri habis! Kau pake marpinse rupanya! Kalah pula kau!"

Nai Basaria, ibu Bistok, membureas, marah-marah bikin kacau. Onggokan biji kemiri di tengah garis lingkar di halaman rumah diraupnya semua.

"Ini kemiri untuk bumbu masak! Bukan untuk marpinse!"

Poltak, Binsar, dan Bistok tegak diam berdiri pasrah di halaman rumah Bistok.  Permainan pinse,  pengisi pakansi sekolah,  langsung berhenti.

Marpinse itu adu ketrampilan. Biji kemiri taruhan, lima biji per pemain, dionggokkan dalam garis lingkaran di tanah. Lalu, setelah suit menentukan giliran main, onggokan kemiri ditembak menggunakan biji kemiri gacok dari jarak duapuluh langkah.  Jika onggokan kena dan ada biji kemiri keluar dari garis lingkaran, maka biji itu menjadi hak petembak.

Bistok memang petembak yang payah. Bidikannya selalu meleset sehingga kemirinya selalu pindah tangan kepada Poltak dan Binsar. Itu sebabnya dia menguras habis kemiri milik ibunya untuk modal main.

"Kita mengumpul buah makadamia saja. Nanti sore toke makadamia ke sini." Poltak usul, sekaligus mengingatkan rencana kegiatan pakansi mereka. 

Tak perlu perdebatan. Sejurus kemudian tiga sekawan itu sudah berlarian masuk ke hutan makadamia di seberang jalan raya, sebelah barat Panatapan, lengkap dengan karung ukuran sedang di tangan masing-masing.

"Kalau sudah dapat duit, kita beli limun, ya." Usul Bistok sambil mencari dan memunguti buah makadamia jatuh di lantai hutan.

"Aku mau dua botol, bah! Biar tambah pintar!" Binsar menyahuti.

"Bah. Dasar kau congoklah, Binsar!" Tukas Poltak, disambut gelak tawa bertiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun