Ceteris paribus, Kompasianer lebih suka baca artikel bermutu rendah. Ketimbang baca artikel bermutu tinggi.Â
Itu kesimpulan penelitian cepat. Sampelnya adalah dua artikel saya yang tayang di Kompasiana hari ini, Jumat, 12 Februari 2021. Satu artikel bermutu tinggi, datu lagi bermutu rendah.
Ukuran mutu tinggi dan rendah itu penilaian subyektif saya sendiri. Jadi takperlu diributkan. Takada yang bisa diperebutkan.
Ini adalah tangkapan layar data artikel bermutu tinggi pada pukul 18.30 WIB.
Lalu, ini tangkapan layar data artikel bermutu rendah pada pukul 18.30 WIB.
Apa kesimpulannya? Begini: artikel bermutu rendah lebih cepat meraih angka pageviews, rating, dan komentar yang lebih tinggi ketimbang artikel bermutu tinggi.Â
Itu indikasi Kompasianer lebih suka membaca artikel bermutu rendah ketimbang yang bermutu tinggi. Kenapa? Mungkin karena membaca artikel bermutu rendah bikin otak rilek, hemat pikir tapi boros tawa.Â
Kelihatannya Kompasianer tidak begitu suka berpikir serius. Jadi kalau ada artikel yang bisa membuat berpikir tanpa berpikir, nah, pasti disantap. Dan itu biasanya artikel bermutu rendah.
Itu hasil analisis kuantitatif.