Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Perbincangan Dua Ekor Ular tentang Motif di Balik Artikel Utama Kompasiana

4 Februari 2021   20:49 Diperbarui: 4 Februari 2021   22:09 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari puzzle.blogspot.com

Mengapa judul artikel ini begitu panjang? Karena ini tentang perbincangan dua ekor ular panjang. Gak klop, dong, kalau judulnya pendek.  

Kalau kamu ketawa membaca argumentasi di atas, berarti kamu cerdas. Sudah paham jurus argumen "ular gigit ekor." 

Itu model argumen Ulara, ular jantan, kepada Ulari, ular betina, saat dia kepergok dungu menggigit ekor sendiri. "Cuma pengen ngerasain gigit ekor sendiri," kilahnya. Aslinya, dia gigit ekor karena disangkanya kadal.

Sore ini Ulara dan Ulari baca Kompasiana. Keduanya tertarik membaca artikel-artikel yang menguak rahasia tembus Artikel Utama di Kompasiana. Antara lain artikel Daeng Khrisna Pabichara. Perbincangan bermula dari situ.

Ulara (+): "Artikel Daeng Khrisna ini gak nawarin sesuatu yang baru. Dia cuma cerita pengalaman tembus AU di masa lalu."  

Ulari (-): "Ya iyalah. Namanya pengalaman, ya, masa lalu. Masa masa depan."

(+) "Aih, dasar gue dungu. Untung loe bukan Rocky Gerung. Bisa habis gue."

(-) "Tapi gue heran, Ra. Kenapa sih para Kompasianer umumnya pengen artikelnya jadi AU di Kompasiana?"

(+) "Gak semua, sih, Ri.  Mas Katedra gak pengen karena tanpa AU dia bisa kok meraih plakat Best in Fiction. Engkong Felix gak mau karena fokus mengembangkan genre artikel anti-AU."

(-)  "Gue bilang, kan umumnya!"

(+) "Oh, iya. Menurut hasil riset Poltak Center, rasa pengen AU itu punya motif yang beragam. Ada motif mengukur mutu tulisan. Motif agar dibaca banyak orang. Motif mengejar K-Rewards. Motif kebanggan dan kepuasan."

(-) "Bangga dan puas walau gak dapat duit?"

(+) "Lha, iya. Kalau dapat duit itu namanya rejeki, Ri. Bukan bangga dan puas."

(-) "Oh, iya. Nada suara loe kesannya dendam banget sama gue."

(+) "Hahaha. Tapi ada juga motif yang kocakoplak.  Buat pamer sama camer, biar hatinya lumer mengiklaskan anak gadisnya dipersunting Kompasianer."

(-) "Ada yang begitu? Berhasil?"

(+) "Kayaknya, sih gagal. Soalnya Ozy dan Gui masih awet jomlo, tuh."

(- & +) "Hahaha."

Perbincangan Ulara dan Ulari mendadak buyar. Seseorang telah menginjak ekor Ulara.

(+) "Woi! Daeng Khrisna! Nyari ide nulis diari, siih nyari aja. Gak usah pake nginjek ekor gue, dong!"

Khrisna: "Aih, itu ekor loe? Gue pikir tadi ekor kadal. Maaf, deh." (Lalu ngacir begitu saja)

(-) "Heran, gue. Kenape sih loe gak gigit balik Si Daeng Khrisna itu?"

(+) "Gimane cara! Dia kan gak punya ekor!" (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun