Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mengapa Ozzy Allandika Masih Menjomlo?

15 Januari 2021   11:24 Diperbarui: 15 Januari 2021   12:24 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari inibaru.id

Ingat tokoh Arai dalam film Sang Pemimpi karya Riri Riza  dan Mira Lesmana?  Anak Melayu Belitong rekaan Andrea Hirata, dalam novel berjudul serupa, itu berjibaku belajar gitar kepada Bang Zaitun, pemusik Melayu ahli cinta. Hanya demi menaklukkan hati Zakiah Nurmala, gadis Melayu nirmala pujaan hatinya. Berhasilkah?  Saat kapal kayu yang membawa Arai dan kawan-kawannya bertolak ke Jakarta, Zakiah hadir memberi tatapan terakhir dari bibir pantai. Aih, so sweet.

Adegan Arai bergitar sambil mendendangkan syair kasmaran di depan rumah Zakiah dengan tepat memanggungkan kiat ampuh perjaka Melayu, atau Sumatera umumnya, meluluhkan hati perawan idaman. Lihatlah, betapa Zakiah klepek-klepek, cemburu pada gitar.  Ingin dia menghambur ke pelukan Arai, menggantikan tempat gitar yang beruntung itu.

Begitulah hukumnya, dulu, untuk pemuda Melayu, atau umumnya perjaka Sumatra. Jagolah main gitar dan merdulah berdendang, maka kau menjadi lampu di malam hari, dan para gadis manis itu menjadi laron. Tak adalah cerita menjomlo untuk anak muda pegitar dan penyanyi. Aih, sungguh,  pleiboi bergitar.

Malanglah nasib pemuda yang punya double handicaps,  sudah tak bisa main gitar  tak becus pula menyanyi.  Itu benar terjadi pada Poltak, anak Batak yang dicap mutan gegara tak pandai bergitar dan berdendang. Tak ada seorang gadis pun yang sudi meliriknya, jangan kata mendekatinya. Nasibnya ibarat obat nyamuk bakar.

Ah, tapi tunggu dulu. Poltak ternyata bukanlah yang paling malang dari mereka yang malang. Ada seseorang yang termalang dari mereka yang paling malang.  Dari judul tulisan ini, kamu sudah tahu namanya. Ya, dialah orangnya, Ozzy Allandika. Panggil dia, "Ozzy."

Sudah kenal, atau tahu tentang, pemuda bernama Ozzy itu.  Ya, dia seorang anak muda cerdas energik dari Bengkulu, yang memenuhi semua kriteria pemuda "lampu listrik", idaman segala perempuan, khususnya gadis kinyis.  Sarjana, guru, buaya gitar, penyanyi cinta, penulis jempolan, saleh total, pintar melintir, baik hati, rajin menabung, dan seterusnya. Sebut apa saja ukuran baik, pasti kautemukan dalam diri Ozzy. Pokoknya, takada kurangnya itu anak muda.  

Hei, takada kurangnya katamu? Bukankah Ozzy termalang dari yang paling malang? Itu hanya mungkin bila dia punya sedikitnya satu kekurangan fundamental. Jangan ngaco ngomongnya.

Ya, ya, saya tahu. Gak usah sewot gitu, napeh.  Seneng banget loe ngulik kurang-kurangnya orang. Ya, kekurangan fundamental Ozzy: jomlo kronis. Ah, tak tega kubuka kekurangannya. Tapi, untungnya, itu sudah menjadi rahasia umum. Semua temannya di dunia nyata dan maya sudah tahu. Ozzy sendiri sudah proklamasi:  "Gue jomlo. Masalah buat elo!"

Masalah, sih, nggak, Ozzy. Cuma, gue rada heran aja. Gimane cara, perjaka buaya gitar, pelantun lagu cinta, kok, ya jomlo, gitu, lho.  Itu kan luar biasa antitesis. Penyimpangan gila-gilaan. Menurut teori dan empiri, dengan kualitas seperti itu, Ozzy harusnya menjadi lampu listrik, bukan obat nyamuk bakar. Tahu, kan "obat nyamuk bakar"? Ya, jomlo, wherever and whenever. 

Sebenarnya Ozzy pernah menuliskan sebuah pledoi. Status jomlo, katanya, terjadi karena sibuk mempersiapkan masa depan, belum ketemu gadis yang cocok, dan fokus memperbaiki diri.  Aih, masa depan itu dijelang, kecocokan itu dirancang, dan perbaikan diri itu selama hidup.  Lihatlah, adakah alasan sah bagi kita untuk percaya pada pledoi seorang jomlo setia?  Tidak ada, Kawan.  Kecuali kamu seorang jomlo setia juga.

Hanya setelah melalui sebuah probing yang alot, dept interview, saya akhirnya menemukan dua alasan sejati di balik fakta status jomlo Ozzy.  Ah, teguk liur, pasti kamu mau kepo, bukan?

Begini alasan pertama. Bukannya Ozzy tak dirubung gadis-gadis kinyis dan janda-janja muda saat memainkan gitar dan mengalunkan satu dua judul lagu cinta.  Bukan, bukan begitu.  Dia tetap dirubung para perempuan nirmala itu.  

Sayangnya, nah, ini dia, di situ berlaku fenomena "tukang sayur keliling."  Tahu maksudku?  Tukang sayur di komplek setiap pagi dirubung pada gadis, janda, dan ibu-ibu, bukan?  Semua memanggil tukang sayur dengan sebutan serupa, "Bang," dengan nada genit merdu merayu.  Lumayan dapat tambahan dua tiga siung bawang merah.

Di situlah letak persoalannya, Kawan.  Jika semua perempuan itu memanggil tukang sayur  itu "Bang,"  maka dia masuk pada pergumulan idiologi anti-diskriminasi.  Dia harus memberi perhatian yang sama kepada semua perempuan pelanggannya. Sebab, jika tak demikian, dia akan kehilangan sebagian pelanggan yang merasa dinomorduakan. Ingat, setiap pelanggan adalah nomor satu.

Itulah yang terjadi pada Ozzy, jomlo kepalang malang itu. Baginya, setiap gadis yang merubungnya saat memainkan gitar dan melantunkan lagu pemetik asmara, adalah nomor satu. Apa maknanya itu?

Maknanya, dari sisi Ozzy, jika setiap gadir yang merubung adalah nomor satu, berarti dia tidak mampu memilih seorang yang tercinta untuk dilamar menjadi istri. Atau dia punya rencana poligami. Aih, poligami juga mengenal nomor satu, dua, tiga, dan seterusnya, bukan?

Lalu, dari sisi para gadis kinyis itu. Semuanya ingin menjadi nomor satu bagi Ozzy. Tak ada yang sudi menjadi nomor dua, tiga, dan seterusnya. Memangnya, jika memperturutkan nurani, apakah ada gadis yang sudi menjadi isteri kedua Ozzy, padahal isteri pertama saja dia belum punya? Aih, absurd pisan.

Itu tadi alasan pertama, bersifat internal. Alasan kedua bersifat eksternal, lebih sulit dihadapi. Kamu harus kuat.

Begini. Di kampungnya, di tempat kerja, di kabupaten, di propinsi, dan di Indonesia, Ozzy itu lebih dikenal sebagai penulis, ketimbang sebagai guru dan pegitar ulung. Nah, status penulus itu yang bikin para orangtua gadis-gadis remaja begidikan. Terbayang madesu anak gadisnya jika bersuamikan seorang penulis di dunia maya.

"Hah! Penulis? Berapa gajimu per bulan?" Para bapak gadis-gadis itu selalu menginterogasi begitu tajam. "Tak tentu, Pak. Tergantung jumlah unique visitors. Ya, rata-rata limatatus ribu rupiah per bulan lah, Pak." Begitu selalu jawaban Ozzy yang malang. "Hah!  Cuma segitu? Istrimu mau dikasi makan puisi cinta! Mending anak gadisku menikah dengan burung di langit yang tidak menuai tapi memanen!" Bah, penulis jempolan mati kata, sudah.

Sudah terang, bukan, alasan Ozzy masih menjomlo hingga hari ini. Ya, betul. Ozzy tak pandai memilih nomor satu dan tak cerdik seperti burung di langit. Itu kesimpulan penelitian kualitatif, terpercaya, tak perlu diragukam lagi. Kecuali kamu seorang jomlo ngeyelan. Humor aja pake ngeyel segala.

Oh, ya, ada yang kenal siapa itu Ozzy Allandika?  Bukan, bukan Ozy Alandika, Kompasianer kondang sedunia asli Curup, Bengkulu itu.  Ini bukan tentang dia.  Ini tentang Ozzy Allandika, dengan dua /z/ dan dua /l/ pada namanya. Teliti. Kebanyakan baca Kompasiana bikin kamu kurang awaskah?(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun