Ini alasan Ribka tidak sudi divaksin. Â Pertama, uji klinis vaksin Sinovac itu belum rampung, tapi sudah langsung impor dari Cina. Kedua, terkait itu, jangan sampai ada kepentingan bisnis segelintir pencari rente di balik program vaksinasi Covid-19 itu. Â
Dua alasan yang masuk akal, tapi jika dalam situasi santuy. Â Masalahnya sekarang ini tak ada santuy-santuynya. Ini lagi krisis, Kawan. Kita berkejaran dengan waktu yang setia berlari. Â Perlu gerak cepat menghempang laju peningkatan pandemi Covid-19. Â Maaf saja, idealisme seperti dipanggungkan Ribka tak guna menghempang laju pandemi.
Di mana letak sikap meremehkan Jokowi dalam kasus ini? Â Begini, Kawan. Â Pak Jokowi itu adalah komandan dari segala komandan perang Covid-19 di Indonesia. Â Pastilah dia sudah mendapat masukan dari pasukannya, dan menimbangnya bijak, sebelum memutuskan kebijakan percepatan program vaksinasi Covid-19. Â Termasuk di situ mengganti Menteri Kesehatan dengan sosok yang, mungkin, lebih ahli dalam manajemen risiko dan cergas dalam gerak kerja. Â Untung rugi pasti sudah dihitung cermat.Â
Jadi, ketika Ribka menyatakan penolakan terhadap vaksinasi tanpa menawarkan satu pun alternatif, berarti dia sedang meremehkan Jokowi sebagai Presiden yang mengambil keputusan. Â Sekurangnya, jika tak punya alternatif, ya, coba digali mitigasi risiko vaksinasi itu, jika benar ada risikonya. Ini, Bu Ribka yang terhormat langsung main tolak aje. Apa bedanya Ribka dengan Fadly Zon? Â
Kata Poltak, Ribka itu ogah disuntik vaksin Sinovac karena vaksin ini dipatok untuk warga usia 18-59 tahun. Sementara Ribka sudah 61 tahun. Ah, sudah lansia rupanya. Â Tolong tetap galak, tapi wajib bijak, Bu Ribka.
***
Sikap dan tindakan Raffi dan Ribka itu mencerminkan satu kendala besar dalam upaya kita memerangi Covid-19.  Kendala yang saya maksud adalah kemiskinan sosial.  Indikasinya miskin empati  sosial, terbaca dari tanggungjawab sosial yang rendah. Â
Raffi yang abai protokol Covid-19 setelah disuntik vaksin adalah cermin tanggungjawab sosial yang rendah. Â Miskin empati. Tak perduli tindakannya dapat memicu persebaran Covid-19 yang membahayakan orang sekitarnya. Â "Dia, sih, enak. Â Udah dapat vaksin. Langsung kebal. Lha, kita?" Begitu gerutu Poltak.
Ribka juga begitu. Â Minus tanggungjawab sosial dalam situasi krisis. Sikap seperti itu akan menggalaukan masyarakat yang sudah sangat ingin mendapat vaksin Covid-19. Â Sementara pemerintah sudah berusaha mati-matian memenuhi harapan masyarakat secepat mungkin dengan risiko sekecil mungkin. Â Bukankah lebih bijak jika Ribka cukup mengingatkan pemerintah tentang mitigasi risiko vaksinasi? Â
Soal Ribka ogah divaksin tak usah diumbarlah.  Besok silahkan vaksinasi mandiri  dengan vaksin terbaik di dunia.  Mau vaksinasi tiap hari juga boleh.
Lihatlah, Kawan. Â Kekayaan ekonomi itu tak berbanding lurus dengan kekayaan sosial. Â Raffi dan Ribka pasti kaya-raya secara ekonomi. Â Tapi, terindikasi dari sikap, perkataan, dan tindakannya, mereka berdua diduga menderita kemiskinan sosial. Â Di sisi itu, mungkin mereka berdua perlu mendapat perhatian khusus dari Mensos Risma.