Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Harapan Penemuan Padi Anti-Pupuk dan Anti-Pestisida

8 Januari 2021   15:09 Diperbarui: 12 Januari 2021   05:37 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hamparan padi sawah baru tanam (Dokpri)

Seusai membaca artikel rekan Ronny R. Noor ("Terobosan Teknologi Pengeditan Gen, Bagaimana Indonesia Mengadopsinya", K. 08/01/2021), saya teringat pada suatu diskusi ketahanan pangan tahun 2016 di Magelang.

Dalam diskusi itu, perwakilan petani kesal pada industri pupuk yang tak bisa memitigasi kelangkaan pupuk di lapangan. Sementara perwakilan industri pupuk menguar alasan kendala teknis birokrasi dan pertimbangan bisnis.  

Agak dongkol pada diskusi tanpa solusi, mewakili industri/petani benih saya bilang, "Suatu saat kami akan menciptakan varietas padi anti-pupuk dan anti-pestisida." Dengan enteng, perwakilan industri pupuk membalas, "Gak masalah, kami akan ekspor pupuk, lebih menguntungkan."

Walau dengan nada dongkol, saya sebenarnya tidak asal bunyi waktu itu. Sedikitnya ada dua dasar ujaran itu.  

Pertama, pengalaman pertanian alami Masanobu Fukuoka, bapak pertanian alami, di Jepang. Masanobu membuktikan, setelah 20 tahun, produktivitas padi tanpa pupuk dan tanpa pestisida bisa menyamai produktivitas padi sarat pupuk dan pestisida kimiawi.  

Logika saya, keturunan keduapuluh (F20) padi dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tanah tanpa pupuk kimiawi dan cekaman biotik tanpa pestisida kimiawi. Artinya, cukup berdamai dengan alam, maka kita bisa menghasilkan benih padi anti-pupuk dan anti-pestisida.

Kedua, pencapaian target ketahanan pangan dunia tahun 2050 akan terkendala oleh empat masalah dasar pertanian yaitu keterbatasan air, keterbatasan lahan, keterbatasan sumberdaya tak-terbarukan, dan perubahan iklim global.  

Secara khusus, keterbatasan sumberdaya tak-terbarukan, terutama phosfat, akan menekan produksi pupuk kimia.  Lalu perubahan iklim global memicu timbulnya hama dan penyakit baru.  

Cara paling strategis untuk mengatasi keempat kendala itu adalah menghasilkan benih padi unggul yang hemat air, adaptif di lahan marginal (tak perlu pupuk kimia), dan tahan cekaman biotik (tak perlu pestisida).

Ditunggu Petani

Tahun 2017-2018 saya melihat harapan baru pada teknologi rekayasa genetika. Teknologi ini bisa menghasilkan varietas padi anti-pupuk dan anti-pestisida.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun