Poltak mendapat julukan "Si Gagak Pilek" dari teman-teman sekelasnya. Itulah upah murid yang gemar mengritik guru.
Beberapa hari lalu, Poltak dan Guru Barita bersilang pendapat. Â Menurut Guru Barita murid kelas satu pasti akan tersesat di hutan, karena mereka tidak hafal delapan penjuru mata angin. Poltak membantah karena, berdasar pengalaman, dia bersama Binsar dan Bistok tak pernah tersesat di hutan.
"Terserah kaulah, Poltak, mau nyanyi apa," kata Guru Barita. Â Poltak sedang dihukum menyanyi di depan kelas, lantaran silang pendapat yang dinilai tanpa basa-basi itu.
"A sing sing so. Ueee ... lugahon ahu da parau ..."
"Stop! Â Cukup! Duduk kembali!" Guru Barita langsung menghentikan Poltak yang baru melantunkan baris pertama lagu Batak A Sing Sing So. Â
Poltak terdiam. Â Bingung. Â Apa pasal? Dia merasa dirinya tadi sudah menyanyi semerdu Gordon Tobing, penyanyi lagu Batak yang sohor sejagad itu.
"Suaramu macam, gaok gagak pilek. Â Tambah pening kepalaku." Â Guru Barita memegangi kepalanya yang sudah pusing lantaran murid-muridnya tidak hafal delapan penjuru mata angin.
Tidak ada murid yang berani tertawa. Â Gelak tawa mereka baru meledak setelah keluar sekolah.Â
"Poltak gagak pilek! Poltak gagak pilek!" Â Teman-temannya meledek sambil tertawa tergelak-gelak.
Pada hari itu, telah gugur sebuah hipotesis, yang bilang orang Batak jago menyanyi.
Anak-anak kelas satu Sekolah Dasar Hutabolon memang gemar memberi gelar aneh-aneh di antara mereka. Â Polmer salah satunya. Dia digelari "Si Raksasa Ingusan". Itu lantaran ingusnya kerap heboh keluar-masuk liang hidungnya.