Ekonomi Timor Leste sekarang ini adalah ekonomi semu. Periksakah data PDB 2017 (USD 2.5 milyar, Statita 2020) Kontributor terbesar PDB itu adalah sektor jasa (dana minyak, wisata, angkutan, dagang, dll) yaitu 78 persen. Pertanian dan industri masing-masing hanya 18 persen.
Faktanya mayoritas penduduk ada di pedesaan. Mereka adalah petani. Dengan kontribusi PDB pertanian hanya 18 persen, bisa dipastikan penduduk pedesaan Timor Leste miskin. Itu sebabnya ekonomi Timor Keste kini adalah ekonomi semu. Karena kontribusi pertanian inilah yang semestinya dominan, bukan jasa.
Dulu Indonesia menjalankan "revolusi hijau" untuk membangun ekonomi pertanian. Sekarang Timor Leste ada baiknya merumuskan sebuah "revolusi ekonomi rakyat". Kesampingkanlah sejenak mimpi hidup enak dengan rejeki minyak. Lupakan mimpi lompatan besar menjadi negara petrodollar.
Revolusi ekonomi rakyat Timor Leste berarti revolusi pertanian. Sebuah program modernisasi pertanian terpadu harus terjadi di sana. Petani harus dilatih dan aparat dinas pertanian harus ditingkatkan kapasitasnya. Teknologi pertanian harus ditingkatkan. Â Â
Tanpa revolusi ekonomi pertanian rakyat, saya pikir, sulit berharap Timor Leste keluar dari perangkap kemiskinan. Belajarlah pada sejarah ekonomi Indonesia. Lalu tetaplah teguh dengan pilihan Timor Leste merdeka.
Revolusi politik sudah usai. Sekarang saatnya revolusi ekonomi. Â Ayo, Timor Leste, bangkitlah!(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H