Semua anggota keluarga besar buyut Poltak tidur di ruang utama rumah bolon milik buyut Poltak. Itu adalah tidur yang demokratis. Semua menghampar di atas tikar di satu ruangan. Perempuan di satu belahan ruang. Laki-laki di belahan lainnya. Termasuk Poltak.
Hari lusa juga cepat tiba. Â Tak perlu berlelah-lelah menantinya. Â Cukup dengan tidur nyenyak, maka seperti halnya besok, hari lusa pasti akan tiba dengan sendirinya. Â
"Uangku hilang! Â Ompung! Hilang! Uangku!" Tiba-tiba Poltak menjerit, menangis meraung, memanggil neneknya. Â Memecah hening di remang ruang. Â
Ayam jantan baru saja berkokok untuk kedua kalinya. Â Orang-orang masih tidur nyenyak. Beberapa orang mengorok. Â Pasti tidak sedang memikirkan uang enam rupiah.
"Ompung! Â Uangku hilang!" Lagi, jerit tangis Poltak. Â Lebih keras dari sebelumnya. (Bersambung)
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H