Poltak mendadak berpikir lebih cerdas dibanding bapaknya. Â Bagi bapaknya pintu adalah satu-satunya jalan keluar-masuk rumah. Bagi Poltak, semua lubang di dinding adalah pintu keluar-masuk rumah. Termasuk jendela ruang tengah yang terbuka lebar di hadapannya. Â
"Ini kesempatanku," Poltak membathin, hatinya bersorak. Â Bukan Poltak namanya kalau menyia-nyiakan kesempatan baik. Bukan Poltak juga kalau tidak berhitung dalam tindakan. Setiap kesempatan harus diambil dengan risiko gagal terkecil.
Selang beberapa waktu, ketika tiada sebelah mata pun yang melihatnya, Poltak pelan-pelan menjinjit tanpa derit  menuju jendela yang terbuka itu. (Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H