Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Dua "Hantu Pacar" Kocak di Manggarai Flores

3 Oktober 2020   14:15 Diperbarui: 3 Oktober 2020   19:51 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (idntimes.com)

Najis rasanya ngomongin hantu di sini. Seperti pembual dari zaman metafisik saja layaknya. Sia-sia meyakinkan orang tentang keberadaan sesuatu yang tiada.

Kalau bukan demi penyembuhan Guido alias Reba Lomeh, bujang tani cengkeh asli Manggarai Flores itu, aku taksudilah berputihmata macam ini. Ketaklogisannya saat bicara soal hantu-hantu Pacar, tempat mukimnya, membuat saya terpanggil untuk mengembalikannya ke jalan yang kenthir.

Begini. Guido itu telah menulis artikel tentang dua sosok hantu perempuan, atau betina (?), yang pernah atau mungkin masih gentayangan di hutan Pacar. Namanya Kakartana, si cantik  yang gemar mandi telanjang dan Ineweu, gemar menyaru jadi babi betina. (Ingat, nama hantu lazimnya satu kata, untuk membedakannya dari manusia). 

Kenapa Guido suka membicarakan sosok hantu perempuan? Freud punya jawabannya. Katanya, itu tersebab suara bawah sadar Guido, hasrat terpendam untuk menemukan nona pasangan hidup, teman cengkerama di pucuk pohon cengkeh berbunga. Secemen itulah alasannya.

Jauh dari menakutkan, cerita Guido tentang Kakartana dan Inaweu itu justru menggelikan, kocak, bikin ketawa cekakak-cekikik. Artinya, Guido gagal menyampaikan penjelasan logis tentang keberadaan hantu-hantu yang tak masuk akal itu. Itu menyedihkan sebenarnya untuk seseorang yang mengaku sebagai Leibnizian.

Ndilalah, aspek tak logis yang menjadi fokus babaran Guido spesifik terkait seksualitas, termasuk organ seks, tentu saja. Freud, sekali lagi Freud. Hasrat terpendam Guido. Menyedihkan, saudara-saudara.

Kakartana, kata Guido, doyan memerkosa bujang jomlo muda yang tersesat sendirian di hutan. Ini tidak masuk akal karena, pertama, Kakartana itu pasti pemalu sehingga hanya berani pada pria lajang muda yang sedang tersesat sendirian. Logikanya, jika pria itu sedikit berani menggoda Kakartana, pastilah hantu cantik ini akan ngiprit lari malu.

Kedua, tidak ada bukti berupa kesaksian dari korban perkosaan Kakartana karena, kata Guido, korban selalu tak bisa bercerita. Yah, apa pula yang bisa diceritakan, kalau kejadiannya tidak ada. Lagi pula, kalau mau ngarang, korban perjaka itu tidak punya referensi pengalaman sendiri, bukan?

Tapi, ini kata Guido lagi, pernah ada korban, terbukti alat kelaminnya bengkak. Nah, ini ngawur tingkat dewa. Sejak  kapan alat kelamin lelaki yang bengkak sebagai bukti dia telah diperkosa hantu? Memangnya dicambuki itu barang? Bisa saja itu akibat terbentur batu, terjepit akar pohon, atau digigit semut galak yang mengiranya sebuah pisang, bukan? Ada banyak kemungkinan penjelasan logis.

Kisah hantu Ineweu sama tak logisnya dan sama pula kocaknya. Kata Guido, hantu ini menyaru jadi babi betina dengan "susu", ambing dan puting, yang panjang. Tidak disebut sepanjang apa tapi, ya, mestinya paling kurang dua sampai tiga meterlah.

Jika demikian, maka sulit dibayangkan Ineweu tak akan menghadapi risiko ambing atau putingnya terinjak sendiri, terjepit akar, terbentur batu, dipatuk ular, atau digigit hewan liar karena dikira cacing raksasa. Ingat, jumlah ambing babi ada empatbelas, lho.

Tapi, kata Guido, Ineweu itu tidak mendatangi korban, tapi menunggu dan mengincarnya di jalan-jalan sepi di pinggir kampung. Begitu ada orang lewat sendirian, maka akan disemprot dengan air susunya yang beracun sampai mati. Tidak disebut daya racunnya apakah melebihi kekuatan racun raja kobra, misalnya. Setelah korban tewas, ternyata Inaweu itu cuma perlu menjilati kuku kakinya. Ealah, gak mutu banget.

Secara teknis sulit pula dibayangkan cara Ineweu menyemprotkan cairan susunya. Sebab bukankah ambing dan putingnya terseret jauh di belakangnya, di balik semak-semak?  Jadi, bagaimana pula cara menyemprotkannya kepada orang lewat? Semprotan hanya mungkin terjadi jika ambing Inaweu itu melintang di jalan lalu terinjak orang lewat. 

Hal yang lebih tidak masuk akal lagi, bagaimana orang bisa tiba pada kesimpulan bahwa seseorang tewas kena racun susu hantu Ineweu? Kan, tidak ada saksinya. Korban sendiri tidak bisa lagi diinterogasi tentang penyebab kematiannya, bukan?

Tapi mungkin kisah hantu Kakartana dan Ineweu itu, sebagai konstruksi sosial, lebih merupakan instrumen kontrol sosial dalam masyarakat Pacar atau Manggarai. Hantu Kakartana diciptakan untuk mendorong orang seperti Guido, juga Ozy yang punya piaraan hantu jomlo, agar cepat-cepat menikah. Jangan ngintipin perempan mandi di kali melulu.  Kalau kelamaan jomlo, tuman ngintip, nanti bisa dimangsa Kakartana.

Lalu, hantu Ineweu diciptakan agar orang tidak sembarang menombak babi yang lepas di pinggir kampung. Dulu ternak  babi dilepas. Pasti ada pemiliknya. Misalkan Guido menombaknya, dan ternyata itu babi milik calon mertua, wah, habis sudah masa depannya. Bisa menjadi incaran Kakartana lagi.

Hantu Ineweu juga dimaksudkan untuk mencegah penularan penyakit dari seseorang yang meninggal di luar rumah oleh sebab-sebab yang tak jelas. Makanya jasad orang yang mati oleh sebab tak jelas itu tidak dimasukkan ke dalam rumah. Taruh di halaman saja.

Begitulah. Kepada Guido, dan siapa saja penggemar hantu, bertobatlah. Jadilah kenthir. Tolong sedikit logis dalam mengisahkan hantu-hantu yang tak masuk akal itu. Mungkin pembaca tetap tidak akan percaya. Tapi sekurangnya Guido dan lainnya sudah berusaha membuktikan diri lebih masuk akal ketimbang hantu.(*)
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun