Tapi, kata Guido, Ineweu itu tidak mendatangi korban, tapi menunggu dan mengincarnya di jalan-jalan sepi di pinggir kampung. Begitu ada orang lewat sendirian, maka akan disemprot dengan air susunya yang beracun sampai mati. Tidak disebut daya racunnya apakah melebihi kekuatan racun raja kobra, misalnya. Setelah korban tewas, ternyata Inaweu itu cuma perlu menjilati kuku kakinya. Ealah, gak mutu banget.
Secara teknis sulit pula dibayangkan cara Ineweu menyemprotkan cairan susunya. Sebab bukankah ambing dan putingnya terseret jauh di belakangnya, di balik semak-semak? Â Jadi, bagaimana pula cara menyemprotkannya kepada orang lewat? Semprotan hanya mungkin terjadi jika ambing Inaweu itu melintang di jalan lalu terinjak orang lewat.Â
Hal yang lebih tidak masuk akal lagi, bagaimana orang bisa tiba pada kesimpulan bahwa seseorang tewas kena racun susu hantu Ineweu? Kan, tidak ada saksinya. Korban sendiri tidak bisa lagi diinterogasi tentang penyebab kematiannya, bukan?
Tapi mungkin kisah hantu Kakartana dan Ineweu itu, sebagai konstruksi sosial, lebih merupakan instrumen kontrol sosial dalam masyarakat Pacar atau Manggarai. Hantu Kakartana diciptakan untuk mendorong orang seperti Guido, juga Ozy yang punya piaraan hantu jomlo, agar cepat-cepat menikah. Jangan ngintipin perempan mandi di kali melulu. Â Kalau kelamaan jomlo, tuman ngintip, nanti bisa dimangsa Kakartana.
Lalu, hantu Ineweu diciptakan agar orang tidak sembarang menombak babi yang lepas di pinggir kampung. Dulu ternak  babi dilepas. Pasti ada pemiliknya. Misalkan Guido menombaknya, dan ternyata itu babi milik calon mertua, wah, habis sudah masa depannya. Bisa menjadi incaran Kakartana lagi.
Hantu Ineweu juga dimaksudkan untuk mencegah penularan penyakit dari seseorang yang meninggal di luar rumah oleh sebab-sebab yang tak jelas. Makanya jasad orang yang mati oleh sebab tak jelas itu tidak dimasukkan ke dalam rumah. Taruh di halaman saja.
Begitulah. Kepada Guido, dan siapa saja penggemar hantu, bertobatlah. Jadilah kenthir. Tolong sedikit logis dalam mengisahkan hantu-hantu yang tak masuk akal itu. Mungkin pembaca tetap tidak akan percaya. Tapi sekurangnya Guido dan lainnya sudah berusaha membuktikan diri lebih masuk akal ketimbang hantu.(*)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H