Pembicaraan antara kakak-beradik berlangsung gayeng. Â Poltak, status anak kecil, Â lebih banyak berdiam diri. Â Begitulah normanya. Â
Diam itu bagus untuk Poltak.  Dia bisa  konsentrasi menikmati kue bolu, buah tangan istimewa dari Ama dan Nai Rotua, kakek-neneknya itu.  Itu sebuah kemewahan untuk anak Panatapan.  Belum tentu terjadi sekali dalam setahun. Â
"Hasil panen kami jelek sekali," Â Ama Rotua membuka pembicaraan setelah kenyang makan bersama dengan lauk gulai ayam. Begitulah orang Batak. Â Makan kenyang dulu, baru bicara. Â Sebab hanya orang kenyang yang bisa berpikir dan berbicara jernih. Â
"Kemarau panjang. Â Sawah kami puso, Abang." Â Diam sejenak. Â "Karena itu kami datang ke sini. Mudah-mudahan ada gabah yang boleh kami bawa pulang untuk memberi makan anak-anak kita di rumah," Â lanjutnya.
"Bah, begitu, ya." Â Kakek Poltak menghela nafas. "Tak banyak juga hasil panen kami di sini. Â Tapi kita berbagi dari yang sedikit itulah. Â Anak-anak harus makan. Harus tetap sehat semua."
"Terimakasih banyaklah, Abang. Â Kami bisa bernafas lega lagi," balas Ama dan Nai Rotua bersamaan. Â
Begitulah tolong-menolong tetap terbuhul antara orang Batak di Toba dan kerabatnya di Timur. Sifatnya timbal-balik. Â Kali ini orang Timur minta tolong kepada kerabatnya di Toba. Â Lain waktu, orang Toba yang minta tolong kepada kerabatnya di Timur. Â Jarak geografis tak melunturkan ikatan kekerabatan orang Batak.
"Poltak, kelak kau jangan menjadi petanilah seperti kami kakekmu ini. Sengsaralah hidup petani itu." Ama Rotua menasihati Poltak, sambil menepuk-nepuk bahunya.
"Kalau sudah besar nanti, dia akan menjadi insiniur kebun," sambar Kakek Poltak.
"Bah. Â Bagus kalilah itu. Â Insiniur-insiniur kebun di perkebunan Sumatera Timur itu hidupnya enaklah. Banyak duitnya. Rumah bagus, istri cantik." Â Ama Rotua menguatkan.
"Bah! Aneh pula bicaramu! Â Maksudmu, aku ini jelek! Begitu, ya!" Â Nai Rotua tiba-tiba menyentak suaminya. Â Suasana seketika tegang. Â Mendadak Poltak merasa dirinya seekor pelanduk di tengah empat ekor gajah. (Bersambung)