Dengan segala maaf, saya harus katakan, ragam perlilaku warganet dangkal itu, yang mengeksploitasi isu-isu SARA atau yang bermuatan risak dan nista, Â adalah laku "masturbasi virtual" di tengah khalayak virtual. Â
Dengan melakukan itu, lalu viral, mereka mencapai klimaks kepuasan badaniahnya: Â hasrat rendah untuk sohor tercapai, imbalan finansial (untuk sebagian) juga teraih.
Saya tak hendak mengatakan bahwa semua hal yang viral itu buruk. Â Tidak. Â Tapi jelas bahwa, sejalan kecenderungan manusia untuk jatuh ke dalam dosa, hal-hal buruk atau amoral lebih mudah dan cepat viral ketimbang hal-hal baik. Â Â
Sekadar contoh: video singkat persetubuhan siswa SMA lebih mudah untuk viral ketimbang video keberhasilan siswa SMA meraih medali emas Olimpiade Fisika.
Saya tak juga tak hendak mengajarkan cara menghindari godaan untuk menjadi warganet dangkal, yang kecanduan viralitas isu amoral. Tidak. Saya hanya ingin mengajukan sebuah pertanyaan klasik, yang telah disampaikan Thomas Malthus lebih dari 200 tahun lalu: Â Apakah aku memiliki kekang moral?
Jawaban atas pertanyaan itu semakin relevan di era "Semesta Internet" ini. Â Bila kita tak memiliki cukup kekang moral, niscaya kita akan tenggelam dalam banjir viralitas isu-isu amoral.Â
Bolehlah lupa, sejak di rahim Sang Bunda, manusia sudah dikaruniaNya akal budi. (*)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H