***
Tentu pertanyaan tersebut dapat dijawab dari berbagai sudut pandang, atau berbagai disiplin sains. Sejumlah variabel, konsep dan teori penjelas dapat diajukan. Â Pastilah butuh tulisan panjang untuk membeber semua jawaban itu.
Di sini, dengan mengambil sudut pandang etika, saya hanya akan memajukan satu variabel atau faktor saja untuk penjelasan yaitu "kekang moral" (moral restraint). Â
Istilah kekang moral pertama dipopulerkan Thomas Malthus (1797), sebagai solusi untuk menekan laju eksponensial pertumbuhan penduduk. Agar berimbang dengan ketersediaan pangan yang tumbuh secara linear.
Istilah "kekang moral" Â itu secara spesifik diartikan Malthus sebagai sikap dan tindakan individu untuk berpuasa seks dan menunda perkawinan sebagai langkah pengendalian pertumbuhan penduduk.
Pada intinya, kemudian, Â kekang moral diartikan sebagai kesadaran individu sendiri, tanpa paksaan atau arahan pihak lain, untuk berperilaku (bersikap, berpikir, bertindak) selaras norma yang berlaku umum (cara, kebiasaan, tatalaku, adat). Â
Sebaliknya, jika perilaku individu menabrak atau bertentangan dengan norma umum, maka dia termasuk dalam bilangan kaum tanpa kekang moralnya. Baginya, tak masalah bila perilakunya menabrak norma, sejauh itu memenuhi atau memuaskan hasrat atau kepentingan pribadinya.
Sampai di sini, semoga sudah ada titik terang atas pertanyaan mengapa seseorang warganet  tega memviralkan suatu konten amoral lewat media sosial. Hal itu hanya bisa dilakukan seseorang yang tak punya kekang moral.  Tujuannya semata pemenuhan keinginan tubuh:  hasrat sohor dan manfaat finansial.  Â
***
"Semesta Internet" adalah karunia yang direspon secara negatif oleh "warganet dangkal", warganet tanpa kekang moral yang memadai atau bahkan tak punya sama sekali. Â
Jika suatu karunia direspon secara negatif, maka dia dalam sekejap dapat menghasilkan manfaat besar yang sebenarnya palsu dan bersifat seketika bagi dirinya, tapi kemudian berujung bencana bagi dirinya dan orang lain.
Kasus-kasus berikut telah terjadi karena warganet tak punya kekang moral: Â seorang simpatisan Gubernur Jakarta Anies mengatai Walikota Surabaya Risma sebagai "si kodok"; seorang isteri tentara mencela Wiranto (waktu itu Menkopolkam) yang ditikam seseorang yang terindikasi radikal; sejumlah warganet menuduh Presiden Jokowi terindikasi PKI.
Juga kasus-kasus ini:  sejumlah warganet mengumbar isu paha  Cawalkot Tangsel Rahayu Saraswati; sejumlah warganet mengatai Anies sebagai gubernur terdungu se-Indonesia; seorang pengkotbah menyuruh periksa jenis kelamin Presiden Jokowi.