Â
 "Poltak!  Bistok!  Lihat itu!  Kerbau-kerbau anak-anak Kampung Toruan merumput di padang penggembalaan kita!"
Binsar berteriak ke arah Poltak dan Bistok. Duduk di pungggung kerbaunya, dia mendadak berhenti di ujung punggung bukit Nadolok.Â
Sepelemparan batu di belakangnya, Poltak dan Bistok bergerak mendekat, menunggang kerbau masing-masing.
Hari itu tanggal merah. Â Hari Libur Nasional. Sekolah diliburkan. Binsar dan Bistok, teman sepermainan Poltak, punya waktu luang menggembalakan kerbau di padang rumput. Â
Poltak sendiri tak perlu ditanya lagi. Karena belum bersekolah, sehari-hari memang bertugas menggembalakan kerbau kakeknya. Â
Matahari pagi sudah menyembul dari balik Gunung Simanukmanuk di timur Panatapan. Â
Menunggang kerbau "pimpinan", berangkat dari kampung tadi,  Binsar, Poltak dan Bistok  beriringan memandu kawanan kerbau mereka ke padang rumput.
"Cepat. Lihat itu!" Binsar tak sabaran.
Beberapa menit berselang, Poltak dan Bistok menyusul Binsar di ujung punggung bukit Nadolok. Â
Duduk di punggung kerbau masing-masing, mereka memandang ke arah lembah hijau di bawah bukit. Lembah yang membentang di sebelah timur bukit itu dikebal dengan nama Holbung.