Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #003] Calon Insinyur Kebun

7 September 2020   07:50 Diperbarui: 7 September 2020   09:00 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Disain Sampul: Felix Tani. Foto: erabaru.net

Tak sopan pula anak kecil menyela untuk mengoreksi bualan orang tua. Nanti mereka bisa tersingung dan marah. Ketimbang membual, menyinggung perasaan orang tua itu dosanya lebih besar. Jadi, biarkan saja para orang tua itu syur dengan segala bualnya.

Tambahan lagi,  anak-anak lain, terutama Binsar dan Bistok, terus-menerus menatap Poltak dengan sorot mata iri.  Kedua anak ini, setahun di atas Poltak, tidak bisa terima kenyataan Poltak menjadi bintang di malam itu.

"Kurasa, cocoklah Si Poltak itu masuk sekolah bidan nanti," saran Ama Lamhot.

"Mana ada bidan laki-laki. Semua bidan perempuan," sambar Nai Lumongga sambil tertawa dengan nada mengejek.

"Bah, adalah. Pernah kulihat di Rumah Sakit Umum Siantar." Ama Lamhot menyampaikan bukti.  Dia tak sepenuhnya keliru. Cuma gagal membedakan bidan dan ginekolog.

"Alah, sok tahulah kau," balas Nai Lumongga tak percaya.  Lalu mengalihkan isu, "Eh, kau tambahlah kayu bakar di perapian itu. Kasihan itu Nai Lamhot. Kedinginan dia."  

Sambil terkekeh, Ama Lamhot menambahkan kayu bakar ke perapian. 

Itulah bedanya manusia lelaki dan kerbau jantan. Tanggung jawab pada isteri dan anak. 

Bukan macam Si Harbangan. Sadar pun tidak dia sudah bikin hamil Si Halung.  Jangan kata peduli anaknya lahir. Sampai-sampai, bayi Si Halung itu harus berdiri sendiri mencari susu ibunya.  

Udara malam di Panatapan, di punuk bukit Barisan, memang sangat dingin. Ibu yang baru melahirkan harus berdiang. Juga diberi makanan nanidugu, sup ayam dengan daun bangun-bangun. Ditambah minum tuak natonggi, air nira manis untuk menambah tenaga.

"Harapanku, kelak Si Poltak itu jadi insiniur kebunlah.  Agar jadi kepala perkebunan di Sumatra Timur sana. Gajinya besar," kakek Poltak menyampaikan harapannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun