Tak ada rotan akar pun jadilah. Kira-kira begitu prinsip Poltak. Â Tak ada gula (nira) Batak, gula (kelapa) Jawa pun jadilah. Â
"Tresno jalaran soko kulino. Kebacut aku wis raiso lungo. Sansoyo nambah cinta sing tak roso. Ra pengen pedot sampek tuo." Kira-kira begitulah kalau memperturutkan sebait tembang "Ojo Nesu-Nesu"-nya Dory Harsa di zaman saiki. Â
Ompumma (Mbahmulah), Poltak! Â Kalau jodoh tak lari ke mana. Â Poltak justru menemukan kembali cinta lamanya di Pasar PSPT Tebet, Jakarta Selatan. Â
Rasa, aroma, tekstur dan warna gula aren Cianjur itu klop plok dengan memori pancaindera Poltak. Sejak itu, tanpa kata-kata perpisahan, cinta Poltak langsung kembali ke gula aren. Â Gula kelapa ditinggal untuk menjadi bumbu dapur.
Kini, setiap pagi Poltak minum teh dengan pemanis gula aren buatan kampung Cianjur. Â Sore minum kopi dengan pemanis gula aren kesayangan itu juga. Pokoknya, tiada teh pagi dan kopi sore tanpa gula aren. Â Cinta lama bersemi kembali untuk abadi.
[4]
Cinta Poltak kepada gula aren sejatinya bukanlah cinta buta. Â Ada dua hal yang membuatnya semakin cinta pada gula aren.
Pertama, manfaat hebat gula aren. Kandungan nutrisi dan mineral dalam gula aren itu luar biasa. Karbohidrat, protein, lemak, dan serat ada di situ. Dia juga kaya vitamin C, vitamin B3 (niasin) serta mineral kalsium, forfor, dan zat besi. Kandungan anti-oksidannya juga tinggi.
Dengan semua kandungan nutrisi dan mineral itu, gula aren sangat bermanfaan untuk meningkatkan imunitas tubuh, menangkal kanker, menguatkan jantung, menyehatkan kulit (mengatasi penuaan dini), menurunkan berat badan (gula diet), menyembuhkan sariawan, mengatasi anemia, meredakan flu/demam. dan melancarkan pencernaan.
Gula aren itu sumber energi yang bisa diandalkan. Â Jika melakukan perjalanan ke hutan atau ke gunung, maka bawalah gula aren sebagai bekal.