***
Sebagai orang Indonesia, apakah saya malu pada orang Jepang atau dunia gara-gara The One Million Rupiah Man itu? Â
Tidak, sama sekali.  Mestinya turis Jepang itulah yang malu. Memviralkan kedunguannya sendiri. Lha, wong disuruh bayar maksimal Rp 1 juta, kok ya mau-maunya bayar Rp 900.000. Â
Menurut UU Nomor 22/2009 denda untuk kelalaian tidak menyalakan lampu sepeda motor itu maksimal Rp 100,000, lho. Bukan maksimal Rp 1 juta.Â
Jadi turis tuh ngerti UU Lalu Lintas dikit, nape Jangan langsung main geber sepeda motor di jalanan.
Si Turis mempertontonkan pula moral bobroknya dengan menyogok polisi Rp 900,000. Penyogok dan penerima sogok, kan, sama bobroknya.
Lagi pula, turis Jepang itu kok ya percaya saja The One Million Rupiah Man itu benar seorang polisi. Â Bisa saja dia polisi gadungan bukan?Â
Untunglah Kepolisian Jembrana jujur mengakui oknum itu memang  polisi sungguhan. Padahal ada peluang berkelit. Bravo polisi Jembrana.
Walaupun kasus ini viral, santuy sajalah. Biasanya, sebentar lagi juga dilupakan. Perilaku medsos, ya, Â macam itulah.
Dulu, misalnya, pernah viral jidat seorang ketua partai yang benjol segede bakpao gara-gara mobilnya menabrak tiang listrik. Lalu hilang begitu saja. Kasihan tiang listriknya. Sudah sempat ngetop, eh, tiba-tiba dilupakan jasanya.
Begitulah. Â Manusia itu rupanya lahir untuk menjadi pemberita yang pelupa. Â Hari ini heboh, besok sepi. Lalu, nanti, hal serupa terulang lagi.
Percayalah, waktu tidak bergerak dalam garis lurus, melainkan dalam garis lingkaran.