Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Prabowo, "Jenderal Lumbung Pangan Nasional"

5 Agustus 2020   05:58 Diperbarui: 5 Agustus 2020   15:09 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi memberi arahan kepada Prabowo.(Biro Pres Sekretariat Presiden)

Itu hanya 50 persen dari target 1 juta ha yang dicanangkan Jokowi tahun 2015. (Literally) mission (is) imposible (for Kementan). Kementan gagal mengikuti jejak unta masuk "lubang jarum."

Apa yang harus dilakukan seorang pemilik perusahaan jika misi gagal tercapai? Tepatnya, jika kinerja perusahaannya hanya 50 persen dari target, padahal waktu yang dihabiskan naik 100 persen?  

Hanya satu langkah:  ganti direktur utamanya dengan orang yang lebih tangguh.  

Kurang lebih seperti itulah yang dilakukan Presiden Jokowi dalam penunjukan Prabowo sebagai "Jenderal Lumbung Pangan Nasional." 

Kepada Prabowo target Mission Imposible dipercayakan: mencetak sawah 760,000 ha dalam tempo 5 tahun (2020-2024). Untuk menggenapi mimpi Jokowi mencetak sawah baru seluas 1 juta hektar.

Jokowi yakin, hanya seseorang yang sudah terbukti mampu keluar dari situasi-situasi kritis yang bisa mewujudkan Mission Imposible itu.  Prabowo-lah orangnya, bukan yang lain.  

***
Ada dua langkah peningkatan produksi pangan atau beras untuk konteks Indonesia.  

Pertama, intensifikasi yaitu peningkatan total produksi beras per hektar pada luas baku sawah yang tertentu melalui adopsi teknologi budidaya yang berdampak peningkatan produktivitas dan indeks pertanaman (IP, frekuensi tanam) atau luas panen. 

Kedua, ekstensifikasi yaitu peningkatan total produksi melalui perluasan areal baku sawah sehingga total luas tanam dan luas panen meningkat juga.

Kementan agaknya kini diminta fokus pada program intensifikasi pada luas baku sawah 7.5 juta ha.  Jika IP bisa dinaikkan dari 1.4 (kini) menjadi  1.5 dan produktivitas naik dari 5.2 ton GKG/ha (kini) menjadi 5.4 ton, maka akan diperoleh 61 juta ton GKG atau setara 38 juta ton beras.  

Jika  diasumsikan penduduk Indonesia 270 juta juwa, dan konsumsi beras per kapita 114kg/tahun (ukuran BPS), maka total konsumsi beras nasional adalah 31 juta ton/tahun. Artinya, surplus 7 juta ton.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun