Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kenthir Itu Anarkisme Literasi (di Kompasiana)

28 Juli 2020   09:02 Diperbarui: 28 Juli 2020   17:32 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenthir sebagai anarkisme literasi itu serius, bukan sekadar "haha-hehe".  Karena itu mungkin bisa disebut sebagai neo-kenthir(isme), untuk membedakan dengan kenthir a'la Planet Kenthir.

Artikel-artikel neo-kenthirisme atau anarkisme literasi itu berbicara tentang segala isu.  Mulai dari politik, humaniora, pemerintahan, ekonomi, teknologi, hiburan, sampai fiksi. Tidak ada pembatasan.

Artikel neo-kenthirisme itu juga analitis, sebab memegang teguh kaidah logika. Hanya saja, cara dan hasil analisisnya beda dari artikel arus-utama atau penganut pakem umum. Kalau tidak beda, bukan kenthir namanya, bukan "metode tanpa metode" atau anarki literasi metodenya. 

Maksud saya jelas.  Tidak bisa seseorang menulis artikel penuh umpatan, fitnah, dan hoaks lalu bilang "Demi segala dewa literasi, saya menulis artikel neo-kenthir!"  Itu, sih, kenthir beneran.  Orang seperti itu perlu terapi di Bareskrim.

Begitulah.  Saya menilai perlu memberi klarifikasi soal (neo-)kenthir(isme) ini dengan menempatkannya sebagai bentuk anarkisme literasi yang saya anut.  Klarifikasi ini penting untuk menghindari cibiran nyinyir, "Kasihan, tua-tua kok kenthir." 

Mencibir dan menyinyir itu tanda tak mampu, saudara-saudara. Selain juga menyakiti jiwa sendiri.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun