Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa Sih Sulitnya Nulis Skripsi?

21 Juli 2020   16:57 Diperbarui: 21 Juli 2020   21:12 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendala utama pada tahap penyusunan usulan riset (untuk skripsi) adalah penentuan topik dan perumusan masalah.  Kamu harus berhasil memilih topik yang benar-benar baru, bukan pengulangan topik yang sudah banyak digarap orang lain.  Topik itu juga harus memiliki nilai kepentingan, entah untuk perkembangan sains atau untuk praksis.

Jika topik sudah berhasil dipilih maka kesulitan berikutnya adalah perumusan masalah riset. Masalah apa yang akan kamu teliti?  Nah, kamu dituntut ketat di sini.  Masalah itu harus benar-benar dapat diteliti.  Entah itu dengan menggunakan metode kuantitatif atau kualitatif. 

Proses penentuan topik dan perumusan masalah riset ini yang membuat kamu harus bolak-balik bertemu dosen pembimbing sampai menceret-menceret, bukan?  

Pada tahap ini dosen pembimbingmu memang akan berubah menjadi monster untuk memastikan kamu tidak jatuh ke jurang plagiasi.  Kalau skripsimu plagiat maka dosen pembimbingmu juga ikut ketempelan hantu plagiat.

Sebenarnya penetapan topik dan perumusan masalah riset ini akan lebih mudah jika sebelumnya kamu sudah banyak membaca buku teks dan artikel hasil riset. Itu akan membuka wawasanmu.  

Tapi kalau kamu kebanyakan membaca cersil dan manga, atau cuma baca diktat dan fotokopian hand-out dosen, ya, alamat kiamatlah untukmu.

Lepas dari kendala pertama itu, setelah riset lapangan, kamu akan berhadapan dengan kendala kedua yaitu pengolahan dan analisis data.  Sebenarnya, dengan ketersediaan berbagai aplikasi pengolah data, tahapan ini sangat gampang.  Kendalanya itu lebih pada aspek psikologis. 

Begini.  Setelah pulang dari riset lapangan, atau setelah mengumpulkan data (kuesioner) secara "daring",  kamu pasti merasa energimu terserap parah, bukan?   Lalu kamu mulai berpikir, "Ah, tinggal mengolah dan menganalisis data, lalu menuliskan skripsi. Gampanglah."

Kamu termakan pikiran "menggampangkan masalah".  Lalu tumpukan data mentah itu dianggurkan dulu.  Kamu mulai sibuk penyegaran diri. Refreshing, istilahmu.  Nonton, main gim, makan bakso, jalan-jalan, pacaran dan lain sebagainya. 

Akibatnya kamu memutus momentum lalu kehilangan dia.  Setiap kali hendak kembali ke tumpukan data, kamu langsung hilang semangat. Tumpukan data itu lama-lama tampak sebagai mantan pacar yang pergi meninggalkanmu. Kamu benci, bukan?

Barulah ketika dosen pembimbing mengingatkan dan menebar ancaman drop out,  kamu sudi lagi menggumuli tumpukan datamu itu. Kamu mulai mengolahnya lalu menganalisisnya.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun