Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bisnis Ini akan Ambruk Jika Kuliah Online Diterapkan

10 Juli 2020   14:52 Diperbarui: 11 Juli 2020   02:46 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Suasana Warung Lengko di kawasan Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Selasa (3/9/2019). (Foto: KOMPAS.com/ANDI HARTIK)

Kebijakan pelanjutan moda pendidikan jarak jauh (PJJ) atau kuliah online, dari parsial sampai total 100 persen, oleh Perguruan Tinggi sangat menggembirakan sekaligus menggelisahkan.

Menggembirakan karena moda kuliah online, dengan mengandalkan berkah "Internet of Things" (IoT), memberi kenyamanan kepada mahasiswa untuk kuliah bahkan di tempat tidurnya. Bayangkan, bermodalkan gadged yang canggih, seseorang bisa menjadi sarjana sambil tiduran.

Tapi saya tak hendak membahas kegembiraan yang mungkin ditawarkan moda kuliah online itu. Hal-hal positif semacam itu dinikmati saja tanpa protes.

Saya lebih tertarik membicarakan sisi negatifnya. Salah satunya ancaman terhadap kelangsungan jenis-jenis bisnis tertentu yang mengandalkan mahasiswa sebagai konsumennya. Ini soal yang bikin gelisah para pebisnis.

Jenis-jenis bisnis yang kemungkinan ambruk jika kuliah online diterapkan adalah kegiatan ekonomi kerakyatan yang hidup di lingkar kampus.

Berikut adalah beberapa jenis bisnis selingkaran kampus yang diperkirakan bakal ambruk.

Kos-kosan Mahasiswa.
Dengan penerapan moda kuliah online, mahasiswa tidak perlu lagi dikumpulkan di kampus. Mereka bisa tetap tinggal di rumah masing-masing. Ekstrimnya, mereka bisa mengikuti kuliah dari tempat tidur. Atau mungkin dari warung kopi sebelah rumah, agar lebih santai.

Dari seorang rekan di WAG, saya mendapat informasi bahwa kemungkinan banyak mahasiswa Indonesia akan pulang kampung dari Amerika jika moda kuliah online diterapkan penuh di sana.

Artinya mereka akan kuliah di universitas Amerika sambil duduk-duduk di kedai kopi, misalnya, di Blok M Jakarta.

Saya kira dengan penerapan kuliah online, cepat atau lambat, hal serupa juga akan terjadi di Indonesia. Para mahasiswa akan pulang kampung dan mengikuti kuliah dari desa masing-masing.

Tentu dengan asumsinya jaringan internet sudah bisa menjangkau lubang cacing di tepian terluar nusantara ini.

Akan malanglah nasib para pengusaha rumah kos-kosan mahasiswa di sekitar kampus-kampus di kota-kota besar Indonesia. Kamar-kamar kos akan ditinggalkan mahasiswa pengontraknya. Pengusaha kos-kosan akan kehilangan mata pencahariannya.

Rumah-rumah kos yang kosong itu lama kelamaan mungkin akan rusak karena tidak ada pemasukan untuk sumber biaya perbaikannya. Nilai aset rumah kontrakan it akan menyusut cepat lalu menyisakan beban kerugian bagi pebisnisnya.

Warung Makan Mahasiswa.
Setali tiga uang dengan rumah kos-kosan, pengusaha warung makan dengan konsumen utama mahasiswa juga akan gulung tikar. Sebab jika mahasiswa sudah pulang kampung semua maka siapa pula yang mau makan di warung itu.

Warung-warung makan semacam itu banyak tersebar di sekitar kampus atau sekitar pusat-pusat kos-kosan mahasiswa. Menunya disesuaikan dengan isi kantong mahasiswa yang masih dipasok orangtuanya. Sederhana tapi kenyang.

Kalau mahasiswa sudah pergi, warung-warung makan itu akan sulit bertahan. Menjaring konsumen karyawan jelas bukan perkara mudah bagi warung makan semacam itu. 

Karyawan cenderung makan di tempat yang "gengsi dikit" karena sudah bergaji sendiri. Mereka hanya akan mencari warung makan mahasiswa selewat tanggal 20 di akhir bulan.

Laundry Kiloan.
Bisnis ini juga sejatinya mengandalkan mahasiswa yang umumnya tidak punya waktu untuk cuci pakaian. Atau sebenarnya bukan "tidak punya waktu" tapi malas. Terutama para laki-laki yang doyan pakai jin dengan alasan semakin lusuh semakin keren. 

Laundry kiloan diperkirakan akan ambruk jika perkuliahan online diterapkan penuh (Foto: perantara.com)
Laundry kiloan diperkirakan akan ambruk jika perkuliahan online diterapkan penuh (Foto: perantara.com)
Alasan lain, mencuci pakaian sendiri bukanlah pekerjaan yang enak untuk orang berstatus mahasiswa. Karena status mahasiswa dianggap elite sedangkan kerja mencuci pakaian dianggap rendahan.

Barangkali para karyawan yang mondok masih akan menggunakan jasa laundry kiloan. Tapi kehilangan pelanggan mahasiswa dampaknya sangat signifikan. 

Persaingan antar bisnis laundry, untuk memperebutkan pangsa pasar yang menyempit, akan mengetat dan sengit. Ujungnya sebagaian usaha itu akan rontok karena beroperasi jauh di bawah kapasitas.

Fotokopi Kampus.
Usaha ini, jika berlokasi di dalam atau samping kampus, sudah pasti akan langsung tutup. Tidak ada mahasiswa maka tidak ada permintaan jasa fotokopi. Pegawai tata usaha kampus tak perlu jasa fotokopi. Mereka punya mesin fotokopi sendiri atau printer yang bisa mengkopi.

Sebenarnya rada aneh juga di era digital ini jasa fotokopi masih tetap eksis. Sebab jika semua dokumen sudah bisa disajikan secara digital, untuk apa lagi fotokopi?

Skripsi, tesis, dan disertasi mahasiwa juga, sesuai jiwa kuliah online, mestinya akan diterbitkan secara digital dan disimpan di perpustakan digital. Universitas tak perlu kertas lagi, hutan kita sedikit banyak akan terselamatkan.

Itulah empat jenis bisnis yang diperkirakan akan ambruk jika perguruan tinggi di Indonesia menerapkan moda kuliah online. Bagi mereka yang sekarang menekuni bisnis itu, bersiap-siaplah untuk beralih ke bisnis lain.

Sebenarnya secara nasional empat jenis bisnis itu melibatkan perputaran uang besar. Misalkan sekarang jumlah mahasiswa di Indonesia ada 7.5 juta orang. Jika tiap mahasiswa membelanjakan rata-rata Rp 4 juta per bulan untuk kos, makan, laundry dan fotokopi maka perputaran uang mencapai Rp 30 triliun per bulannya. Luar biasa, bukan?

Tapi begitulah, jaman sudah berubah. Mahasiswa universitas bermoda online kelak bukan lagi lahan atau ojek bisnis kerakyatan sebagaimana terjadi selama ini.

Saya sendiri sebenarnya tidak begitu risau soal risiko keambrukan bisnis itu. Sebab dari empat jenis bisnis tersebut satupun saya tidak punya. Saya hanya mengingatkan saja, siapa tahu benar demikian nanti, bukan?(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun