Sebenarnya rada aneh juga di era digital ini jasa fotokopi masih tetap eksis. Sebab jika semua dokumen sudah bisa disajikan secara digital, untuk apa lagi fotokopi?
Skripsi, tesis, dan disertasi mahasiwa juga, sesuai jiwa kuliah online, mestinya akan diterbitkan secara digital dan disimpan di perpustakan digital. Universitas tak perlu kertas lagi, hutan kita sedikit banyak akan terselamatkan.
Itulah empat jenis bisnis yang diperkirakan akan ambruk jika perguruan tinggi di Indonesia menerapkan moda kuliah online. Bagi mereka yang sekarang menekuni bisnis itu, bersiap-siaplah untuk beralih ke bisnis lain.
Sebenarnya secara nasional empat jenis bisnis itu melibatkan perputaran uang besar. Misalkan sekarang jumlah mahasiswa di Indonesia ada 7.5 juta orang. Jika tiap mahasiswa membelanjakan rata-rata Rp 4 juta per bulan untuk kos, makan, laundry dan fotokopi maka perputaran uang mencapai Rp 30 triliun per bulannya. Luar biasa, bukan?
Tapi begitulah, jaman sudah berubah. Mahasiswa universitas bermoda online kelak bukan lagi lahan atau ojek bisnis kerakyatan sebagaimana terjadi selama ini.
Saya sendiri sebenarnya tidak begitu risau soal risiko keambrukan bisnis itu. Sebab dari empat jenis bisnis tersebut satupun saya tidak punya. Saya hanya mengingatkan saja, siapa tahu benar demikian nanti, bukan?(*)