Kota ini dulu bergegas di  mampat jalanan yang menyiksa. Sekarang dia mendekam di lengang jalanan yang mencekam.
Kemana perginya macet yang boros serapah itu?
Kota ini dulu mengumbar senyum di riuh jalan dan taman. Sekarang dia menutup muka dan menghindar penuh curiga.
Kemana perginya senyum yang sarat harap itu?
Kota ini dulu rajin bersolek di tepi jalan dan pinggir kali. Sekarang dia tampil bergincu iler bercelak belek.
Kemana perginya kecantikan yang genit itu?
Kota ini dulu sibuk menjamu dan bertamu. Sekarang dia mengunci palang di ujung lorong dan jalan raya.
Kemana perginya arus komuter penggerak roda hidup itu?
Kota ini dulu gemar pesta pora dan hura-hura. Sekarang dia meratap mengantar duka dalam keranda. Â
Kemana perginya narsisme yang sia-sia itu?
Kota ini dulu egois dan tak punya hati. Sekarang dia belajar setia kawan dan tepa selira.