Kisah genesis Batak diawali dengan penciptaan Debata Natolu, tiga dewata besar Batak oleh Mulajadi Nabolon. Mereka adalah Bataraguru, Soripada dan Balabulan. Ketiganya ditetaskan dari tiga butir telur Manukmanuk Hulambujati, seekor burung dewa.
Debata Natolu itu adalah perwujudan kuasa-kuasa Mulajadi Nabolon. Â Bataraguru itu kuasa penciptaan, Soripada kuasa pengelolaan, dan Mangalabulan kuasa pembaruan. Â
Debata Natolu punya kembaran masing-masing yang ditetaskan dari telur yang sama. Bataraguru kembar dengan Raja Odapodap, dewa pengetahuan atau akal-budi. Â Soripada kembar dengan Dihurmajati, penguasa peredaran waktu (kala).Â
Sedangkan Balabulan dengan Raja Padoha, penjaga Banua Toru, Benua Bawah atau "kegelapan" di bawah Benua Atas.
Untuk menjadi isteri-isteri  Bataraguru, Soripada dan Balabulan, Mulajadi Nabolon kemudian "melahirkan"  tiga dewi dari tiga buku bambu.Â
Dari perkawinannya Bataraguru mendapatkan satu putra, dinamai Sorimahummat. Â Ditambah enam putri yaitu Saniangnaga, Sitapigaga, Borumalim, Sorbajati, Leangnagurasta dan si bungsu Deakparujar.
Perkawinan Soripada membuahkan dua putra, Sorimatinggi dan Raja Indapati, dan satu putri yang dinamai Nanbauraja.Â
Sedangkan perkawinan Mangalabulan memberikan satu putra, Dipapantinggi dan satu putri, Narudang Ulubegu.
Menurut titah Mulajadi Nabolon, Raja Odapodap harus kawin dengan Deakparujar, Dihurmajati dengan Nanbauraja, dan Raja Padoha dengan Narudang Ulubegu.
Titah Mulajadi Nabolon ditentang Deakparujar. Di belakangnya, Nanbauraja dan Narudang berdiri mendukung. Â
Untuk pertama kalinya terjadi pembangkangan di Benua Atas, di jagad dewa-dewi. Pembangkangan dewi (perempuan) terhadap Dewata Agung (laki-laki).