Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mudik Itu Gejala Sosial, Pulang Kampung Tindakan Individual

23 April 2020   15:16 Diperbarui: 24 April 2020   08:26 2947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana sejumlah bus berbagai jurusan yang berhenti di Terminal Cicaheum, Bandung, Jawa Barat, Selasa (21/4/2020). Pemerintah Indonesia resmi mengeluarkan kebijakan larangan mudik Lebaran 2020 bagi masyarakat di tengah masa Pandemi guna memutus mata rantai penyebaran COVID-19 yang akan berlaku ekfektif mulai Jumat 24 April 2020. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/hp.(ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI)

Gampang. Lihat saja KTP-nya.  Ambil contoh warga DKI Jakarta.  Warga permanen Jakarta adalah pemegang KTP DKI Jakarta.  Tak perduli di mana dia dilahirkan.

Sedangkan warga temporal Jakarta adalah pemegang KTP Non-DKI Jakarta, tapi punya dokumen izin tinggal sementara di Jakarta. Untuk orang asing misalnya ada dokumen KITAS (Kartu Ijin Tinggal Terbatas). Untuk orang Indonesia, umumnya migran sirkuler, harusnya juga punya dokumen ijin tinggal sementara.

Warga temporal ini, umumnya migran sirkuler, jumlahnya banyak di Jakarta. Mereka umumnya mengisi lapangan kerja dan usaha informal di Jakarta. Antara lain buruh bangunan/konstruksi, pedagang kaki-lima/keliling, pramuwisma, penjaga toko, tukang ojek/bajaj, dan pemulung.

Kelompok migran sirkuler ini secara berkala pulang ke kampungnya untuk bertemu keluarga inti dan menjalani hidupnya sebagai “orang kampung”. Sebab pada dasarnya migran sirkuler itu adalah “orang kampung permanen” yang tinggal temporal untuk cari nafkah di kota.

Ilustrasi penumpang mudik yang anti-physical distancing (Foto: kompas.com/eddy hasbi)
Ilustrasi penumpang mudik yang anti-physical distancing (Foto: kompas.com/eddy hasbi)
Kelompok migran sirkuler inilah sebenarnya yang dipersepsikan “curi start mudik” karena sudah pulang kampung duluan sebelum Presiden Jokowi mengumumkan “Larangan Mudik Lebaran”.

Pak Jokowi benar. Mereka ramai-ramai pulang kampung karena Pandemi Covid-19 telah diikuti kebijakan dan langkah mitigasi yang berimplikasi penciutan peluang kerja dan usaha. 

Semisal kebijakan dan langkah “Isolasi Diri” (tinggal di rumah, tutup kantor/toko/sekolah,bjaga jarak sosial, jaga jarak fisik) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan ini untuk sebagian bahkan berimplikasi pemutusan hubungan kerja.

Jadi jika kelompok migran sirkuler itu kembali ke kampung halamannya, maka sebenarnya mereka sedang menjalankan strategi “penyelamatan diri” secara ekonomi. 

Biaya hidup di kota tinggi. Sementara penghasilan turun atau bahkan nol. Maka pilihan paling rasional adalah kembali ke kampung asalnya.

***
“Itu tetap saja mudik artinya!”  Mungkin ada yang tetap berkeras, bahwa “mudik” dan “pulang kampung” itu sama saja. 

“Cuma politisi saja yang gemar membedakannya, demi kepentingan politiknya.” Mungkin begitu argumennya, mengutip pendapat Ivan Lanin, pendiri Narabahasa dan Wikimedia Indonesia itu. “Kamus sudah mati,” kata Ivan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun